Pages - Menu

28 Januari 2015

Into the Big Eyes Lair, Underwater Forest and Cave in Bay Of Islands, NZ



Lahir dan besar di Negara tropis, saya terbiasa dimanjakan kenyamanan perairan hangat. Wetsuit 3mm sudah cukup menahan suhu tubuh saya di kala menyelam, terumbu karang beraneka warna jadi hal yang biasa saat menikmati perairan di Indonesia. 

Born and raised in a tropical country, I’m used to being pampered with the comfort of warm waters. A three-millimeter wetsuit is enough to contain my body temperature when I dive. Vibrant coral reefs are a common sight when scuba diving in Indonesian waters. 

Bayangkan berendam di air dengan suhu 15 hingga 17°C. Sebagai makhluk yang tidak tahan dingin bisa-bisa saya membeku dalam waktu setengah jam saja di suhu tersebut. Namun saya tidak menolak kesempatan menyelam di perairan dingin saat berada di Selandia Baru, kapan lagi saya dapat merasakan kondisi penyelaman yang benar-benar berbeda dengan biasanya ini. 

Imagine diving in 15°C-17°C waters. As someone that cannot withstand cold temperatures, I may freeze in just 30 minutes. But I’ve never refused the opportunity to go diving in cold waters when I was in New Iceland, as I will never again get the opportunity to experience the diving conditions that is very different from what I’m used to.


Titik penyelaman kami adalah di Bay Of Islands, Selandia Baru, dengan gugusan pulau bagaikan batu besar menjulang tinggi. Selain Canterbury Wreck yang sudah saya ceritakan sebelumnya, titik penyelaman kami yang lain adalah Big Eyes Lair. 

Our diving point was at Bay of Islands, New Zealand, with an array of islands that look like large and tall rocks. Aside from Canterbury Wreck that I’ve mentioned previously, our other diving point is Big Eyes Lair.



Untuk menahan suhu yang dingin kami menggunakan wetsuit setebal 7mm. Bagi saya bagian paling menghabiskan kalori saat menyelam adalah saat menggunakan wetsuit, apalagi dengan ketebalan 7mm. Namun tebal yang lebih dari 2 kali lipat wetsuit yang biasa saya gunakan itu tidak terasa saat saya menceburkan diri ke dinginnya perairan Bay Of Islands. Wetsuit dan hood muka menahan saya dari membeku, menahan air di sela antara tubuh dan wetsuit yang kemudian menghangat karena panas tubuh. 

To withstand cold weather, we used a thick seven-millimeter wetsuit. For myself, the most calorie-burning part while diving was putting on the wetsuit – especially with its seven-millimeter thickness. But I as I dove into the cold waters of Bay of Islands, I didn’t even feel as if I’m wearing the wetsuit (that’s more than twice as thick from what I’m used to). The wetsuit and hood saved me from freezing up. They prevented the water from having contact with my skin, of which started to warm up because of my body temperature.


Sejak turun suasana sudah terasa sangat berbeda. Tidak ada koral beraneka warna, tidak ada clown fish yang menari-nari di anemon. Keheningan dan suara bubble dari tabung oksigen dan “hutan” di hadapan kami. Dasar area Big Eyes Lair dipenuhi batuan besar yang ditumbuhi tanaman laut di sela-selanya. Tanaman ini cukup tinggi namun padat sehingga kami tidak bisa terlalu menelusup ke dalam sela-sela tanaman. Saya merasa bagaikan di sekeliling hutan bawah laut, sangat seru! 

Since diving in, the surroundings felt quite different. There are no colorful corals, no clownfish dancing around sea anemones. There was only silence, the sound of bubbles from oxygen tanks and the ‘forest’ in front of us. The base of Big Eyes Lair is full of giant stones, with aquatic plants growing in between. The plants are quite tall and thick, making us not being able to pass between the plants. I feel as if I am in an underwater forest. So much fun!


Shane dan Sam dari Northland Dive yang menemani kami langsung mengajak saya dan Ferry memasuki gua. Celah gua ini cukup besar sehingga kami tidak khawatir sama sekali, panjang gua ini sekitar 17 meter dengan kontur bawah yang rata, sangat mudah untuk pemula dan kami yang masih menyesuaikan buoyancy (keseimbangan) dengan wetsuit 7mm ini.

Shane and Sam from Northland Dive whom accompanied us immediately asked Ferry and I to enter a cave. The crevice in the cave is large enough, so we weren’t worried at all. The length of the cave was around 17 meters with a flat bottom – very easy for beginners, especially ourselves who are still adapting to the buoyancy in a seven-millimeter wetsuit. 




Memang tidak banyak yang kami temukan di gua ini, hanya ikan-ikan kecil, di sisi luar kami bertemu pari yang tampak sedih karena luka di bagian depannya.

There isn’t much to find in the cave. There are only small fish, and at the outside we found a stingray whom seemed sad because of a wound located at its front side.





Diving bukan sekadar masuk ke perairan, menyelam adalah pintu gerbang ke berbagai pengalaman baru dan pengalaman berbeda ini membuat saya semakin ketagihan menyelam! :) 

Scuba diving is not just entering the waters. Diving is the gate to various new experiences, and this different experience has made myself to be even more addicted to scuba diving! :)

@marischkaprue – a warm blooded diver

Photo by Shane Housam & Ferry Rusli

To see what it feels like diving in Big Eyes Lair, see our video here:

  

16 Januari 2015

Wakatobi: Ali Reef Busy Day Underwater



If you think you're having a busy life, try being underwater!


Wakatobi memang terkenal dengan kekayaan gugusan terumbu karang. Penelitian dalam operasi Wallacea menyebut Wakatobi memiliki 750 jenis terumbu karang, salah satu yang terbanyak di dunia! 

Wakatobi is known for its wide array of coral reefs. A research in Wallacea operation states that Wakatobi has around 750 types of coral reefs, one of the most coral reefs in the world! 



Namun Wakatobi bukan hanya karang indah berwarna-warni dan ikan-ikan kecil penghuni terumbu karang. Melihat terumbu karang yang beraneka warna memang menyenangkan, namun terkadang membosankan bagi sebagian orang, meski bagi saya,  berada di bawah laut, dengan terumbu karang yang menyenangkan, tidak pernah membosankan. 

But Wakatobi does not only have its beautiful and colorful corals populated by small fish. To look at the vivid corals is delightful, but sometimes it may be quite boring for some people. But for myself, being underwater with the pretty corals is never boring.


Di Ali Reef, salah satu titik penyelaman di Wakatobi, kata "bosan" sulit terucap. Terutama karena rombongan yang seringkali menyapa di spot ini. Terletak di dekat Pulau Tomia, Wakatobi, hanya perlu waktu kurang dari 30 menit naik boat untuk menuju Ali Reef. 

In Ali Reef, one of the diving points in Wakatobi, the word “boring” hardly comes out. That’s mainly because other groups often greet us when they come to this spot. Located near Tomia Island, Wakatobi, it requires only less than 30 minutes by boat to go to Ali Reef. 


Also met this sea turtle during dive in Ali Reef

Seperti ciri khas Wakatobi lainnya, jarak pandang yang baik serta koral beraneka warna menyambut penyelaman kami sejak awal. Ali Reef memiliki area dengan topografi seperti gunung dengan bagian atas yang mendatar.  

Just like Wakatobi’s other uniqueness, good visibility and colorful coral reefs has welcomed us from the beginning. Ali reef’s topography is like a mountain that is flat the top.


Saat menuju area atas, saya melihat gumpalan hitam besar di laut yang ternyata merupakan kumpulan ikan jack dengan jumlah ratusan, atau mungkin bahkan lebih dari seribu! Schooling jackfish (diver menyebut kumpulan ikan ini dengan istilah "schooling") ini berputar mengelilingi sebagian area puncak yang mendatar. 

When going towards the top area, I saw a black cluster in the waters. That black cluster was actually a school of jackfish, numbered in the hundreds – or even in the thousands! The schooling jackfish circled the flat top area of the reef. 
Look at the size of this schooling!


Arus di area ini cukup kencang sehingga saya dan sebagian besar teman-teman Daihatsu Terios 7 Wonders bertahan dengan mengaitkan hook ke karang mati sambil menikmati pemandangan schooling jackfish yang sedang sibuk ini. Kadang saya tidak tahan dan melepas hook untuk mendekat ke arah gerombolan ikan ini.  

The water current in this area is quite strong that myself and most of my friends from Daihatsu Terios 7 Wonders had to hook ourselves to a dead coral while enjoying the view of the occupied schooling jackfish. I couldn’t help myself but to let go of the hook and wander closer to the school of jackfish.


They love to make a ball formation :D

Sure, those fishes will be a nice background for your profile picture ;)
Salah satu teman kami sangat bersemangat mendekati ikan-ikan ini hingga tidak sadar udara di tabung oksigennya sudah menipis lebih awal dan harus segera melakukan safety stop dan naik ke permukaan. Kesibukan memang membuat kita lupa waktu, benar kan? :) 

One of our friend was so eager approaching the school of fish that they didn’t notice that their oxygen tank level was running low. So an immediate safety stop was done and they started heading to the surface. Our activities really make us lose track of time, don’t they? :)

@marischkaprue - she's having a busy life, at the surface or below the water

NOTES:
  • Titik penyelaman Ali Reef terletak tidak jauh dari Pulau Tomia, hanya sekitar 20 menit dengan kapal dari dermaga Waha di Pulau Tomia, Wakatobi.
  • Masih banyak titik penyelaman lain di area Pulau Tomia. Budget untuk 5x dive dengan penginapan dan makan sekitar Rp. 2,9 juta (belum termasuk tiket pesawat). Info & Booking hubungi Dokter Yudi (Tomia Dive Center) di +62821 87877751
BIG THANKS to Daihatsu Terios 7 Wonders yang telah melakukan touring dari Manado menuju Kendari dan menyeberang ke Pulau Tomia untuk eksplorasi keindahan Wakatobi. I join their awesome trip in Wakatobi.



12 Januari 2015

Rapperswill, City of Flowers



Saya tiba di Swiss saat periode menjelang musim panas, namun masa transisi ini masih terkadang diliputi hujan dan langit yang mendung. Hari-hari awal di Switzerland merupakan hari yang cukup gelap dengan tetesan hujan menemani hari-hari saya dan teman-teman, saya berusaha keras mendapatkan foto yang menyenangkan namun mendung seringkali menyapa. 

I arrived in Switzerland in a time before summer. Even so, the transition period from spring to summer can sometimes be covered in rain and cloudy skies. The first few days in Switzerland was quite dark, the drops of rain accompanied my friends and I. I tried my best to get a great picture even though the cloudy weather still lingers. 


Namun di kota ini saya disambut dengan matahari yang bersinar cerah, langit yang biru dan suasana yang sangat menyenangkan. Angin terkadang masih dingin namun cuaca saat itu sangat menyenangkan untuk berjalan kaki menyusuri kota. Rapperswil seakan tidak rela jika saya tidak dapat melihat kecantikan sesungguhnya akibat langit yang muram. Langit cerah dan kota yang indah, kota ini merupakan salah satu kota favorit saya di Switzerland! 

Despite everything, in this city I was welcomed with the shining sun, blue skies, and a wonderful atmosphere. The wind sometimes still felt chilly, but it was still the perfect weather to walk around town. Its as if Rapperswil didnt want me to see its beauty, because of the fuzzy skies. Clear skies and a beautiful town this is one of my favorite cities in Switzerland! 



Rapperswil, atau Rapperswil-Jona adalah kota yang terletak di sisi sungai Zürich. Dahulu Rapperswil terpisah dengan Kota Jona yang kini telah disatukan menjadi Rapperswil-Jona, namun sebagian orang tetap menyebut dengan nama Rapperswil. 

Rapperswil, or Rapperswil-Jona is a city located on the side of Zurich River. In the past, Rapperswil was set apart from Jona City, of which are now combined and named Rapperswil-Jona. But some people still just call it Rapperswil.





Hanya perlu waktu kurang dari dua jam perjalanan kereta untuk menuju kota ini dari Stasiun Zürich. Setibanya di Rapperswill saya langsung berjalan kaki ke area sisi danau yang sangat dekat dengan stasiun. Angsa putih dan bebek terlihat berkumpul di sisi danau terutama dekat area Bootsvernietung, di sisi-sisi jalanan yang berbatasan dengan danau terdapat banyak café-café cantik yang semakin membuat Rapperswil memberi perasaan menyenangkan.

It only takes a two-hour train ride to get to this town from Zurich station. When I arrived in Rapperswil, I walked towards the lakeside near to the station. White swans and ducks gather at the lakeside, particularly near Bootsvernietung area. The roadside that is right next to the lake has numerous pretty-looking cafes that adds even more of the wonderful feeling being in Rapperswil




Ada satu hal yang menjadi ciri khas Rapperswil: bunga! Ya, sangking banyaknya tanaman bunga di kota ini, Rapperswil disebut sebagai City of Flowers. Hal ini terasa saat berkeliling kota, saya dengan mudah menemukan balkon-balkon dengan tanaman bunga, mawar-mawar bermekaran di sisi jalan dan tentunya taman bunga mawar! 

Theres one thing that makes Rapperswil unique: flowers! Yes, there are so many flowers in this town, Rapperswil is called the City of Flowers. This phenomenon is seen as we go around town. I can easily spot balconies with flowers, roses blooming at the side of the road, and of course, a rose garden! 

Rose garden!

Sebelum menuju Lindenhof yang berada di sisi bukit Rapperswil, kami berhenti dahulu di taman mawar atau Rose Garden di area kota tua Rapperswil. Saya datang di bulan Agustus, saat yang tepat karena di bulan Juli hingga September adalah musim dimana mawar-mawar bermekaran dan memberi wangi semerbak di taman ini.

Before heading for Lindenhof, located on the side of Rapperswil hill, we stopped by a rose garden in an old area of Rapperswil town. I came in the month of August - the perfect time to be here because from July to September is the season when roses bloom and gives out a wonderful scent in the garden.




Castle of The Counts of Rapperswil
Kami kemudian menaiki tangga ke Lindenhof, di mana cityscape Kota Rapperswil terlihat sangat cantik. Di area viewing point ini kami dapat menikmati beberapa pemandangan di arah yang berbeda, mulai dari Danau Zürich, kota tua Rapperswil hingga ke Castle of The Counts of Rapperswil yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari Lindenhoft viewing point.

We then climbed some stairs towards Lindenhof, where the Rapperswils cityscape looks gorgeous. In this viewing point area we enjoyed a different number of views observable from different angles, from Zurich Lake, Rapperswils old town, to the Castle of the Counts of Rapperswil that is a five-minute walk from Lindenhoft viewing point.





Michael, guide kami mengajak untuk naik ke atas menara. Saya terengah-engah saat melewati entah anak tangga ke berapa yang seakan tidak ada habisnya. Namun saat tiba di titik tertinggi dengan pemandangan atap-atap bangunan Kota Rapperswil dan kota tua yang terlihat jelas dari jendela, "trekking" ini terbayar dengan view mempesona!

Our guide, Michael invited us to go up the tower. I was trying catching my breath as best as I can, as I pass by an infinite number of staircases. But when I arrived at the highest point with its view of the city rooftops and old town seen clearly from the window, I thought to myself, this climb was well worth it!’ 




Cantik adalah kata yang tepat untuk menggambarkan Rapperswil. Kota yang akan membuat kita senang hati berkeliling, berjalan santai ataupun nongkrong di café dekat Danau Zürich. Rapperswil is beautiful like flowers! 

Prettyis the perfect word to describe Rapperswil. This is a city that we will gladly stroll around, to walk around casually or to hang out in cafes near Zurich Lake. Rapperswil is beautiful like its flowers!

@marischkaprue - she loves flowers as much as she loves chocolates


RELATED STORIES:

 
I Join this Switzerland trip with Qatar Airways, from Jakarta to Zurich then simply traveling by train to other cities, including Zermatt. Anyway, they have a very nice business class with the best lounge in Hamad International Airport, Doha :)

Also the GOOD NEWS is Qatar Airways is having a new year sale, ONLY until 16th January!

Travel period valid from 20th January to 10th December 2015.


Check out sample fares to several popular destinations:


 See more HERE