Pages - Menu

31 Oktober 2012

Belitung Timur: Hidden Underwater Colors



Belitung Timur belum jadi tujuan utama wisata bawah laut, informasi mengenai spot spot diving dan referensi apa saja yang bisa ditemukan saat menyelam sangat minim.

Saat saya melakukan perjalanan ke Belitung Timur, saya tidak punya ekspektasi tinggi akan wisata bawah lautnya meski saya sudah persiapkan alat selam dasar.

Di hari penyelaman, cuaca kurang bersahabat. Dari Manggar saya menggunakan kapal kayu menuju lokasi penyelaman. Goncangan saat menuju pulau Siadong terasa di kapal, saya memilih posisi di depan, meski goncangan lebih terasa namun pemandangan indah laut membuat saya tidak memperdulikan kapal yang berguncang.

Usai persiapan, kami langsung turun di lokasi dekat pulau Siadong yang berada di area timur Kecamatan Manggar. Karena cuaca mendung, kami memutuskan untuk menyelam di kedalaman 10 hingga 15 meter saja untuk mendapatkan visualisasi yang jelas.






Ternyata kondisi coral di area ini sangat baik. Sekitar 80% area yang saya selami tertutup hard coral beraneka jenis, ditambah visibility (jarak pandang) yang baik sekitar 15 meter, meski cuaca sedang mendung.

Table coral mendominasi banyak area, diselingi dengan rentetan brancing coral, brain coral dan berbagai jenis acropora lainnya. Gugusan terumbu karang di area Siadong cenderung flat, dengan slope jika menginginkan kedalaman yang lebih.





Namun area penyelaman saya cukup minim soft coral, kami hanya menemui sedikit soft coral di area yang didominasi coral jenis brain dan branching.

Juvenile Clam
Red and Black anemone fish
Spotted sweetlips yang satu ini terus menerus menghindari saya :)
Saya menemui kima (kerang) berwarna biru di tengah great star coral, spotted sweetlips yang beberapa kali kabur menghindari bidikan kamera saya, dan satu red and black anemone fish di antara bubble tip anemone. Berbagai ikan jenis glassfish, yellow tail memenuhi sebagian area gugusan terumbu karang.

Satu spot yang saya selami ini ternyata cukup baik dan menarik, memang belum ada endemik khusus yang ada di Belitung Timur, mungkin perlu ada pengumpulan data terlebih dahulu, apalagi spot spot diving yang ada belum dikumpulkan dan di release untuk turis dengan tujuan wisata bawah laut.

soft coral
Saya masih sibuk ambil gambar sebelum naik ke permukaan :)
Bagi divers pemula, saat masuk ke area penyelaman di Siadong, turun ke kedalaman harus dilakukan perlahan, karena area bawah penuh tertutup coral agar tidak merusak karang yang yang ada. Namun, visibility, kekayaan coral dan warna warni bawah laut Belitung Timur layak dicoba untuk diselami :)

Saya berharap pengelolaan wisata bawah laut area Belitung Timur diberi perhatian lebih, dive center perlu dibangun, kelengkapan alat mesti tersedia, prosedur dan dive guide juga mesti jadi perhatian untuk mengangkat wisata bawah laut. Sayang keindahan seperti ini kalau tidak bisa dinikmati banyak pecinta laut :)

Btw, kalau mau lebih nikmatin suasana bawah laut Belitung Timur ada di video ini, enjoy!


@marischkaprue - a human with a pair of fins and a heart for the underwater world

Thanks to:

- Pemda Belitung Timur for inviting me, saya tunggu realisasi komitmen untuk mengembangkan wisata bawah laut yaaaa
- Mas Adi Guna yang sudah jadi dive guide plus temen ngobrol saya di Beltim.

Note:
- Untuk yang mau diving, bisa dibantu sementara oleh Pemda di 0719-92200063 untuk informasi dive guide, alat dan boat atau email ke disbudparbeltim@yahoo.co.id
- Rekomendasi hotel: Puri Indah Jl Pegadaian No 99, Manggar, telp: 0719-91423/91442
- Untuk ke Belitung Timur dari Jakarta ambil tiket Jakarta - Tanjung Pandan, lalu sewa transportasi ke Manggar (perjalanan hanya sekitar satu jam), dari Manggar silahkan berkeliling, anda sudah ada di pusat wisata Beltim :)
 - Harga tiket variasi tergantung musim, tapi kalo ke Tanjung Pandan pastinya jauh lebih murah dibanding ke Indonesia Timur, harga sewa transport dll bisa contact langsung ke penyedia jasa
- Bantuan travel agent ada beberapa pilihan: Mandiri Anie Sejahtera 0719-91615, Atim 0719-91041, Wisata Afat 0719-91062, Barokah 0719-91493, www.belitungisland.com cp: 0719-22890.

RELATED STORIES:

21 Oktober 2012

Tiga Pantai Terbaik di Belitung Timur



Belitung Timur punya lima pantai yang mereka banggakan: Pantai Punai, Pantai Bukit Batu, Pantai Burung Mandi, Pantai Nyiur Melambai dan Pantai Serdang. Dari lima pantai saya memilih tiga pantai yang saya suka, ketiganya memiliki karakter yang cukup berbeda, namun kesamaannya: sepi sekali saat saya datang, dan saya yakin faktor sepi ini paling menyenangkan, pantai terasa milik anda sendiri :)

Nah ini dia tiga pantai yang membuat saya jatuh cinta pada Belitung Timur, enjoy!

Pantai Punai

Bebatuan di area bibir Pantai Punai

Pantai Punai berada di bagian selatan Pulau Belitung, di Kecamatan Simpang Pesak. Perlu waktu hampir dua jam dari pusat Belitung Timur, Manggar, untuk sampai ke Punai. Untungnya saya berhasil mengejar matahari sebelum tenggelam, jadi dapat saat masih terang dan sunset di Pantai ini :)

Perbedaan warna air laut di Punai membuat view semakin cantik :)


Menjelang sunset, saya langsung menuju batu besar yang ada pohonnya.

Di Punai terdapat batu besar dimana terdapat satu pohon kecil di batu tersebut. Saya memanjat batu ini dan bersantai melihat sunset di atas batu. Berbagai batuan beragam ukuran juga ada di pesisir pantai, memberi pemandangan yang indah. 

Ini view dari atas batu, pas garis lurus ke arah sunset.

Jajaran batu di area barat pantai, airnya juga jernih.


Pantai Burung Mandi

Pesisir Pantai Burung Mandi

Pesisir Pantai Burung Mandi cukup panjang, sekitar 1,5 kilometer. Di area timur pantai banyak perahu nelayan berjajar, namun pantai ini juga sangat sepi di hari kerja.

Gagal memfoto burung akhirnya saya foto doggy ini saja :)

Tiga burung asik nongkrong di tonggak kayu

Selama saya berkeliling pantai, beberapa kali saya melihat burung di bibir pantai, sayangnya mereka cukup gesit dan kabur sebelum saya sukses memotret. Namun yang menarik lagi tonggak tonggak kayu yang sepertinya bekas dermaga lama, yang kini sering dihinggapi burung :)

Ini bukan merenung galau lho :)


Pantai Bukit Batu

Bebatuan granit di beberapa area di perairan Pantai Bukit Batu

Batu besar ini dekat sekali dari bibir pantai.

Bagi saya, ini pantai terbaik di Belitung Timur, karena sesuai namanya, di pantai ini terdapat banyak batu granit beragam ukuran. Yang menarik lagi, pantai ini seakan akan terbagi menjadi beberapa pantai terpisah karena bebatuan dan pepohonan yang memisahkan bagian bagian pesisir pantai, sehingga semakin terasa seperti private beach.


Air laut disini super jernih

Pantai Bukit Batu tidak terlalu jauh dari Kota Manggar, namun pantai ini jarang dikunjungi sehingga sepi dan bersih sekali :)

Bergaya dulu sedikit, ceritanya "levitate"

 @marischkaprue - beach hunter, seawater addict.

RELATED STORIES:

14 Oktober 2012

Telaga Biru, Dangerously Beautiful Blue Lake



Telaga Biru Wamena

One day an old man said to me "What seems beautiful usually dangerous," well this is actually true in some ways and in nature. Lets not talk about how dangerous a beautiful woman is that she might took logic out of man's head, I'm talking about dangerously beautiful things in nature.

So in my trip to Wamena, Papua, we went to the beautiful lake in Maima District. I should’ve prepared my trekking shoes since the trek is not friendly for my flat shoes. It was muddy, we must carved a way though trees and coppices for about an hour.

Telaga Biru Wamena
This sight is just truly beautiful!


Then I saw a beautiful beautiful blue river. "We're not arrived yet," the guide said. I heard her but still, this view is just mesmerizing. A small bridge with blue water, it just perfectly combined frame.

Then we moved on, walking about 10 more minutes then we arrived. Light green bluish lake, surrounded by trees and hills as its background. This breath taking view stunned me for a while and then I saw the crystal clear blue water and washed my dirty feet there.

"I really wanna jump there right now" I said that while looking at the blue lake. But well, actually it was forbidden, even what I've done which was washing my feet is also forbidden. "Nobody swim there," the locals said.

Telaga Biru Wamena
The lake is more green than the river


"Telaga Biru" or the blue lake, that’s what the locals called this green lake, is a sacred place for people in Wamena. They believe this is where their ancestors came for the first time.

This kind of color on the lake usually came from algae, the green blue color came from cyanophyceae, one of the microscopic bacteria that are photosynthetic and occur naturally in the surface of water, make the water look green blue, as in Telaga Biru.

Telaga Biru Wamena


Well one thing I didn't aware is that these algae might be quite dangerous. Some species might produce toxin and can be dangerous when exposed to human body.

Then I tried to connect the dot with the local beliefs. It might be because of some local long time ago went swimming here and exposed to toxins, the locals with their lack of scientific knowledge would accept it as superstitious power that forbid the them to touch the water, then the lake became sacred.

It was my own theory; of course I won't debate the local beliefs. For me, traditional beliefs are as important as religion, it put people in order and sometimes, we should be scared then we can obey. Consider if they don't believe this lake is sacred, maybe a lot of people and tourist might swim and exposed to toxins.

Marischka Prudence Telaga Biru
The lake is behind me, okay, no better spot to pose I can find :)


Now I think too much and distract you from enjoying the true beauty. This lake is a perfect example of what the old man say. Beautiful but dangerous (might be, no further research as far as I know held in this place) and one more thing, my feet, despite had exposed to the water and algae, is fine until now :)

@marischkaprue - traveler with healthy explorer feet


Thanks to:
Ministry of Tourism and Creative Economy Republic of Indonesia for this amazing trip. 

NOTES:
  • Akan jauh lebih menarik jika mengunjungi Wamena dan sekitarnya di saat Festival Lembah Baliem. Tahun ini Festival Lembah Baliem dilakukan di tanggal 12 Agustus - 15 Agustus 2013.
  • It would be way more interesting to visit Wamena and Baliem during the Baliem Valley Festival. This year the festival will be held on 12 August until 15 August 2013.

RELATED STORIES:

13 Oktober 2012

Pasir Putih, Snow White on The Baliem Valley


Baliem Valley
Baliem Valley area
Papua is a land of exotic beauty. It took me long time to get to this land. I've wanted much to visit Papua since years ago and it seems God still separate Papua and me until this year.

Don't expect underwater beauty because the famous Raja Ampat wasn't the place I visited. I went to the center of Papua on the map, where true exotic culture and the untouch nature still exist and became a diamond for European tourist.

Baliem Valley Papua
Local woman holding the pig, actually Wamena came from the word pig there. "Wam" means pig, "Ena" means tame.

Baliem Valley lies on the mountainous area of Wamena. Here, the weather is cold all the time, so even though the sun is so bright, I mostly use my jacket during my Baliem valley visit.

Before it became an inhabitable land, Balliem was a large lake called Wio. Earthquake more than two hundred years ago turned Wio into a flat dry area. Then tribes are starting to rule the area, farmers, warriors and hunters living the green beauty of Baliem.

My first breath taking spot in Baliem is the white sandy rocky hills. Only about 20 minutes from the center of Wamena, you can find this amazing view just beside the long road. 

Pasir Putih Wamena
"Pasir Putih" or "White Sands"

"Pasir Putih" or "White Sands" is what the local called this place. We will instantly understand since it is a place full of white sands and what makes it special is that Baliem is in the mountain area, so its not the typical white sands you'll find on the beach.

According to the local legend, this is a place where Noah's ark* stopped for a while, and that is why white sands lies on those hills of Baliem. 
Pasir Putih Wamena
Pasir Putih located at the Aikima Village, not far from the center of Wamena.
I, myself enjoying the amazing view. Sands combined with hills and big rocks, the view is just amazing and unique. But actually the sands here are different from the usual sands on the beach. The texture of the sands are more soft, and when I touched or stepped on it, it turned grey for a while, then became white again after the sun dried it up again.

Well nothing much to think on this place, what you gotta do is just see and enjoy the scenery since thats what I do here. 

Pasir Putih Wamena
Amazing view of this white sands.
Pasir Putih Wamena
A must pose place :)
*Noah's ark is a story on the bible when the major flood covered the earth and Noah saved creatures on earth by putting it on the ark.

Thanks to:

Ministry of Tourism and Creative Economy Republic of Indonesia for this amazing trip. 

NOTES:
  • Akan jauh lebih menarik jika mengunjungi Wamena dan sekitarnya di saat Festival Lembah Baliem. Tahun ini Festival Lembah Baliem dilakukan di tanggal 12 Agustus - 15 Agustus 2013.
  • It would be way more interesting to visit Wamena and Baliem during the Baliem Valley Festival. This year the festival will be held on 12 August until 15 August 2013.

RELATED STORIES:
     

11 Oktober 2012

Hamshi, The Little Girl From Kabul



Kabul Afghanistan
Suasana di Kabul, Afghanistan


Hampir lima tahun hidup saya berubah dari manusia normal yang tinggal di kota besar menjadi seseorang yang punya kesempatan berkeliling melihat banyak lokasi, banyak masyarakat, melihat dari berbagai sisi kehidupan.

Sejak bekerja sebagai jurnalis, saya memang banyak berkeliling, mulai dari liputan di tempat mewah, ketemu pejabat hingga pemulung, masuk hotel bintang lima hingga ke daerah kumuh.

Seringkali ada beberapa momen yang menyentil hati saya, membuat saya sadar untuk terus mensyukuri hidup, menyadari berapa beruntungnya saya sebagai manusia dan masih banyak yang kehidupannya tidak dapat kita bayangkan jika harus kita alami.

Tahun 2011. Saya dan tim dari Metro Tv melakukan peliputan ke Afghanistan, tidak lama, hanya sekitar dua minggu kami berkeliling area Kabul, Ibukota Afghanistan. Akan cukup lama jika saya menceritakan kondisi disana saat itu, mari langsung ke satu daerah yang berjarak sekitar enam kilometer dari pusat kota Kabul.

Char-i-Kambar
Rumah rumah pengungsian dari material seadanya


Afghanistan
Anak anak di Afghanistan

Char-i-Kambar adalah area pengungsian di pinggiran kota Kabul. Disini bernaung sekitar 900 keluarga dengan fasilitas seadanya. Sebagian besar pengungsi berasal dari daerah rawan di bagian selatan Afghanistan, mereka memilih hidup di pengungsian karena khawatir dengan konflik yang terus terjadi di daerah asal mereka. Saat saya masuk ke area ini, puluhan anak kecil langsung mengerubuti kami, meminta uang. Fixer* kami saat itu, Qadir, langsung mengusir anak anak tersebut dalam bahasa lokal.

Mata saya langsung melihat area yang seperti tertutup pasir, bangunan yang ada benar benar dibuat dari pasir dan tanah seadanya. Mereka bahkan tidak menggunakan semen untuk membuat bangunan disana. Wajar saja, semen darimana, dan kalau adapun harganya pasti mahal.

Kami berkeliling sambil terus mencari tahu berbagai hal, dengan Qadir sebagai penerjemah kami. Nah, di satu "rumah" pengungsian, saya masuk, sudah ada Qadir di dalamnya. 



Bangunan ini tidak seperti rumah, hanya tembok dari pasir setinggi dua meter, dan di dalamnya ada ruangan kecil seperti gua, tanpa pintu dan hanya ditutup kain. Di ruangan inilah mereka tidur dan beraktivitas.

Ada satu anak perempuan, Hamshi, umurnya sekitar 6 tahun. Saya minta Qadir bertanya pada dia, apa yang ia harapkan mengingat situasi yang masih cukup tegang di Afghanistan. "Tidak ada" hanya itu jawaban dari anak bermata biru tersebut.

Saya yang tidak puas dengan jawabannya kembali meminta Qadir bertanya. Hamshi menjawab panjang, saya harus menunggu Qadir menerjemahkannya untuk saya. Dan apa yang dikatakan Qadir kemudian sangat menyentuh hati saya.

Hamshi, dalam enam tahun hidupnya, tidak pernah keluar dari pagar rumahnya. Kalau saya hitung, ia hanya bisa bergerak di area seluas 3 x 5 meter. Tidak pernah tahu apa yang ada di luar, bahkan di luar rumahnya, bahkan untuk bertemu sesama pengungsi yang ada di tempat yang sama.

Di Afghanistan, masih ada beberapa orang yang melakukan aturan yang bagi saya sangat menyiksa Hamshi. Karena ia adalah anak perempuan, ia tidak boleh keluar dari rumahnya. Sejak lahir ia terus ada disitu, hanya berinteraksi dengan keluarganya, hanya bisa memandang langit yang kadang biru, kadang mendung, kadang berawan dan kadang hujan. Ia tidak tahu ada jalanan yang beraspal, ada mobil di luar sana, ada birunya sungai dan hijaunya pohon.

Pantas saja ia menjawab "tidak ada" untuk pertanyaan saya. Bagi Hamshi, hidup memang seperti itu, sejak lahir. Ia tidak tahu ada sesuatu di luar sana, dan jika ia tidak tahu tentu ia tidak bisa menginginkan sesuatu yang ia tidak ketahui.

Saya benar benar tidak dapat membayangkan hidup seperti itu. Apa yang ia lakukan setiap hari? menatap langit? sampai kapan? Tuhan memberi keindahan yang luar biasa, dan ia hanya bisa melihat di ukuran 3 x 5 meter dengan dinding pasir. Ingin rasanya saya protes pada Tuhan, kenapa anak ini bisa punya kehidupan seperti ini, ia tidak salah apa apa dan harus hidup di dalam kotak.

Namun, bagi Hamshi, kehidupan yang ia jalani bukan kehidupan yang ia keluhkan. Baginya, hidup normal seperti itu, ia bisa tersenyum, bercanda dengan keluarganya meski dari kacamata kita, hidupnya sangat menderita.

Sedih rasanya tidak bisa melakukan apapun untuk gadis kecil ini. Kami hanya bisa memberi uang seadanya yang menurut saya juga tidak akan berpengaruh bagi kehidupannya.

Saat saya ada disana saya sedih dan kesal. Namun, ini mungkin satu momen untuk membuka pikiran, untuk menyadari. Betapa beruntungnya saya sebagai manusia, bisa melihat dunia, bisa berkeliling, bisa tahu lebih dari apa yang ada di dalam kotak.

Afghanistan team
Pak Tohir (driver di Kabul), saya, Desi Fitriani dan Qadir

Setiap saya mengalami masa buruk di hidup saya, I realized that Hamshi experienced worse than me. Memang di atas gunung masih ada langit, agar kita terus punya tujuan, namun di bawah bumi yang kita pijak, ada sisi lain di bawahnya. Dengan melihat apa yang terjadi dan dialami manusia lain, kita diingatkan untuk terus bersyukur, memiliki nasib yang lebih baik, dilahirkan dengan kondisi dan keadaan yang lebih baik, dan terutama bersyukur karena masih punya pilihan dalam hidup.

@marischkaprue - trully blessed


You can see our coverage video here, but no story and pictures of Hamshi:

 

 The refugees in Afghanistan, reporter: Marischka Prudence, cameraperson: Sadudin Mukhlis


*Fixer adalah orang lokal yang kami sewa jasanya untuk membantu kami dalam peliputan, juga sebagai penerjemah

To Pay Or Not To Pay


LifeIsAnAbsurdJourney


Suka dapat penawaran ngga jelas yang ujung ujungnya bayar? Misalnya nih, dulu di mall suka ada yang sering tiba tiba ngedatengin kita, bilang kita dapet sesuatu yang gratis, sepik sepik, kasih barangnya ke kita dan ternyata kita harus mengisi sesuatu yang ujung ujungnya menjebak untuk membeli sesuatu dan mengeluarkan uang.

Ada teman saya yang bilang "di dunia ini yang ngga perlu dibayar cuma dendam, lainnya mesti bayar" alamak segitunyakah kita jadi manusia? bukannya ingin gratisan, tapi benarkah semuanya harus dikonversikan jadi materi atau pembayaran lainnya? tidak adakah ketulusan yang bersisa?

Hmm, mungkin sebenarnya masih ada, tapi saya sulit mencari cari yang murni. Bukan harus berarti materi, namun biasanya kalau kita mendapatkan sesuatu dari seseorang biasanya harus ada timbal balik, ada konsekuensinya yang harus dibayar meski tidak dengan uang.

LifeIsAnAbsurdJourney


Namun lagi, sebenarnya kebiasaan membayar itu justru positif lho. Dengan tidak biasa gratis, kita akan berusaha lebih. Bayangkan kalau segala sesuatu bisa diperoleh dengan mudah, tanpa perlu bayar tanpa perlu usaha, murni gratis, pasti akhirnya kita kurang menghargai juga.

Saya analogikan hal ini dengan mendapat pasangan. Biasanya kalau pasangan kita dapatkan dengan "membayar" perjuangan untuk mendapatkannya maka kita akan lebih menghargai, lebih merasa sesuatu ini benar benar ada harganya. Beda dengan pasangan yang kita dapatkan dengan sangat mudah seolah olah barang gratisan, maka nilainya juga kurang.

Ada beberapa hal di dunia yang memang tidak dapat diukur dengan materi, priceless, namun mendapatkan sesuatu dengan membayar, dengan usaha dan perjuangan kita sendiri itu rasanya.. priceless.

Pay for what you want and get the priceless feeling, no, I'm not talking about the so called credit card..



@marischkaprue - pay her own bills and in a process of fighting to pay for her dream future.

(As published on Divemag Indonesia Vol 3 No. 029, July 2012)

8 Oktober 2012

Where Love Defined, Wiwaha Wedding Chapel



Wiwaha Bali
 

Have you ever wondered walking on the aisle on a chapel by the beach, see your so-called soulmate smiling with blue sea and sky as background? Seems perfect right?

Some might said a perfect wedding doesn’t defined perfect marriage. Well it is bluntly true. No matter how much money you spend, how great your wedding was, if its not working well it is not. But then again, who doesn't want a dream wedding?

This small chapel will only fit 40 guests max, but when the world is for two, who needs crowd anyway? :)

So here's some photos I took while they're preparing for a wedding for the next day

Wiwaha Bali
Roses everywhere


Wiwaha Bali
Wiwaha wedding chapel
So basically the wedding package rate here is around US$ 2200 until US$ 3100. That will include private use of Wiwaha chapel for one hour. Yes, only one hour. Besides that you'll get flower arrangements, ceremonial certificate and priest or celebrant etc.

If you want more budget wedding here, choose the basic package, it'll save a lot of money. You can use only the chapel and have your party on the cheaper place since it'll quite expensive if you want to have dinner party on Nikko, unless you don't mind the budget.



Wiwaha Bali


Wiwaha Bali
They can remove the cross for non Christian wedding



Thanks to:
Wiwaha Bali

For further infos contact http://www.wiwahabali.com/