Semua bilang saya beruntung punya pekerjaan yang basisnya
jalan jalan. Yes, walaupun memang
kenyataannya tidak seenak yang dibayangkan semua orang tapi tetap, yes I am lucky. Bahkan di saat saya
sudah tidak di acara traveling lagi, rupanya sampai saat ini jalan hidup dan passion saya masih di traveling, dan
kebetulan keduanya bisa sejalan, bisa terus berkeliling dan berbagi cerita :)
Nah, karena saya sudah lumayan bepergian ke banyak tempat,
biasanya yang ditanya "kemana yang paling berkesan?" hmmm, susah juga
sih, tergantung kekhususan apa di kesannya itu, misalnya alamnya? penduduknya?
makanannya? karena tiap lokasi punya cerita berbeda dan hal utama yang kita ingat,
bahkan bertahun tahun kemudian dari kunjungan kita.
Ada satu tempat yang salah satu faktor berkesannya karena
cara menjangkaunya. Yap, kesulitan justru malah jadi hal yang bikin kita ingat,
di tempat ini juga saya yakin akan ingat terus karena lokasinya susah
dijangkau.
Bayangkan, saya harus berada delapan jam di perahu kecil, dan
itupun baru menjangkau desa pertama. Hmm, tunggu dulu, mari tarik ke belakang.
Tujuan saya nama tempatnya Kapuas Hulu, Kabupaten yang lokasinya di pedalaman Kalimantan
Barat, tepatnya di ujung kanan atas perbatasan antara Kalimantan Barat dan Timur. Sesuai embel embel "pedalaman" setidaknya satu setengah hari
pasti habis di perjalanan sebelum sampai di Kapuas Hulu.
Pertama, dari Jakarta naik pesawat ke Pontianak. Kemudian
dari Pontianak naik pesawat sekitar 50 menit lagi ke kota kecil yang namanya
Putussibau. Nah, dari sinilah perjalanan naik perahu dimulai.
Di Putussibau sebelum naik perahu |
Camera person Dwi Judi yang ikut bersama saya saat itu |
Jangan pikir perahu yang digunakan perahu besar yang nyaman,
lebarnya hanya cukup untuk duduk satu orang, namun kapasitas maksimal perahu
ini lima orang, dimana satu motoris dan satu lagi juru batu (karena di depan
dan menjaga kapal agar tidak menabrak batu). Kalau di Kalimantan Timur perahu
kecil ini disebut ketinting, terbuat dari kayu dan bentuknya ramping agar bisa
melewati jeram yang beragam di sungai sungai di Kalimantan.
Kemudian, mulailah saya dan team menyusuri sungai Kapuas
untuk sampai ke desa di ujung Kalimantan Barat itu. Perjalanan dimulai sejak pagi,
tapi setelah beberapa jam matahari sudah terasa persis di atas. Di tengah
sungai Kapuas tanpa pohon yang meneduhi, saya di awal awal cuma bisa duduk
melihat lihat pake topi yang lebar supaya tidak gosong hihi.
Area dimana Sungai Kapuas mulai menyempit :) |
Untungnya kapal bergerak cukup cepat jadi rasa gerah panas
tertutup angin yang menerpa. Tapi, perjalanan delapan jam itu benar benar mati
gaya, dua dan tiga jam pertama pun saya sudah berubah ubah posisi duduk
seadanya, dari miring kiri, miring kanan, sampai pantat pegel karena alasnya
kayu, sampai akhirnya saya posisi tidur duduk dengan kepala bersandar ke
pinggiran perahu dan sialnya saat enak tidur sempat kesambit dahan di muka,
rupanya perahunya mendekati pinggiran sungai yang ada pohon pohonnya (-___-)
Di tengah hari kami menepi untuk makan seadanya di pinggir
sungai yang berbatu. Ini saat saat paling menyenangkan, sadar posisi sudah
entah dimana, sinyal sudah hilang, semua di sekeliling alam dan hutan, rasanya
tenang dan saya merasa jadi manusia kecil yang sangat beruntung di alam semesta
ini :)
Kalau melewati jeram kami harus turun dan perahu didorong |
Usai makan kami lanjut lagi, terkadang kami turun dan berjalan melewati bebatuan karena
perahu harus didorong untuk bisa melewati jeram. Perjalanan ke Kapuas Hulu
berarti harus melawan arus dan berbagai jeram di sungai. Saat turun dan
melewati bebatuan beberapa kali saya jatuh terpeleset karena batunya basah dan
licin.
Setelah berbagai posisi duduk, tidur, ngobrol tidak bisa
(karena suara bising motor kapal), akhirnya delapan jam terlewati juga. Hari
sudah menggelap dan kami merapat ke desa Bungan Jaya. No, belum sampai, jadi
ini baru bermalam dulu dan besok paginya baru melanjutkan perjalanan dengan
perahu kira kira lima jam lagi.
Di Desa Bungan Jaya |
Yah, kurang lebih begitu, satu lokasi saja perjalanannya
bisa memakan waktu lama sekali. Tidak cuma ke pedalaman, banyak tempat di
Indonesia yang walaupun bukan pedalaman, aksesnya sulit dan lama entah karena
tidak ada transportasi udara, fasilitas yang minim, macam macam alasannya.
Tapi, satu hal yang pasti, ini salah satu pengalaman saya
yang paling berkesan karena sulitnya minta ampun, namun saat di perjalanan anda
merasa being nowhere but just simply amazing.
Hasilnya? Selama ini sih ngga pernah nyesel ya walaupun sesulit apapun
perjalanannya pasti worth the effort, dan bahkan perjalanan sendiri pun sudah
jadi satu cerita sendiri kan :)
Duduk di perahu kecil, melewati sungai Kapuas, melihat kiri
kanan penuh hutan dan tanpa sinyal, saya merasa jadi satu titik kecil di
semesta ini dan semakin mensyukuri semua pengalaman. Demi semua rasa itu pegal
pantat bukan masalah kan? :)
@marischkaprue - dua kali ke pedalaman Kalimantan dan masih
mau lagi.
di tunggu ke pendalaman Kalimantan tengah mbak...:-)
BalasHapuskebayang pegelnya. 8 jam di mobilnya aja pegel apalagi diperahu
BalasHapusHadeuhhhh,kok gk ajak aku yg org pontianak ini loh...pati udah touch down di danau sentarum juga yaa waktu di putussibau..namanya udah putuss hhhhmmm..jgn sampe putus cinta ya klo ngulang balik lg ke kalbar...ditungguuu nona cantikkkkkk...
BalasHapusarrrggghhhh...pengen mudik ke borneo
BalasHapusKeren2.. Ditunggu cerita selanjutnya :)
BalasHapussaya orang pontianak malah pernah pernah ke kapuas hulu mbak :p . ulasannya menyenangkan, selamat!
BalasHapuswah keren ini mbak, ada di pedalaman Putussibau ketemu sama orang2 dayak Iban. Di sini kabarnya ada rumah betang terakhir yg masih asli dan gak kena pembongkaran pas jaman Orba. November kemarin rencana mau ke sini tapi gak jadi. :'(
BalasHapusMba Marischka, nanya dong. Kalau jadi reporter traveler kan asik, perjalanannya dibiayain.
BalasHapusKalau saya, pengen jadi blogger traveler, yang dibiayai, gimana ya mba?
Thanks Indra, mudah2an bisa ke Kalteng :)
BalasHapus@doena: Iya, pegel pantat :D
@mrs Teko: amiennnn
@Yeye, Adie & Helloikun: Thanks!
@Asri: harus punya nilai jual, provide konten2 yang baik, nanti akan dilihat & dianggap cukup memungkinkan utk disponsori, sebagian traveling saya juga biaya sendiri tanpa sponsor kok :)