Pages - Menu

12 September 2015

Find Your Treasure at: Triwindu Market, Solo



“Somebody else’s trash could be someone else’s treasure”
Kalimat tadi sangat tepat menjelaskan pasar barang antik yang ada di Jalan Diponegoro, Surakarta ini. Pecinta barang antik pasti sulit untuk hanya singgah sebentar di Pasar Triwindu. Sejak awal masuk, berbagai kios yang berjajar sejak dari depan bangunan dipenuhi dengan berbagai barang-barang antik dan menarik mulai dari pajangan-pajangan dari besi dan kuningan, patung, telepon tua hingga berbagai lampu.


That’s such a right statement to describe this antiques market on Jalan Diponegoro, Surakarta. It must be hard for antiquarians to stop by Triwindu Market for a sec. Since my first step entering this place, there were many antique and catchy shops selling home stuff made of iron and brass, statues, old phone to various lamps.



Namun ternyata tidak semua barang yang ada di Pasar Triwindu ini merupakan barang antik, memang sebagian besar barang adalah barang-barang tua yang sudah tidak berfungsi atau tidak dipergunakan lagi oleh empunya dulu, namun menarik secara visual dan dapat menjadi ornamen yang mempercantik ruangan. Namun, sebagian barang di pasar ini justru merupakan barang baru yang dibuat dengan gaya klasik dan antik seperti beberapa pajangan, gembok “tua”, hingga piring-piring yang dicat dengan gambar dan warna-warna klasik.

Although most items in Triwindu Market are the old ones that can’t work or no longer used by the owner but not all of them are just an antique stuff, because they are still attractive visually for an ornament to beautify a room. Some stuff in this market are new ones that specially made in classic and antique style like the furniture, “old” padlock, until the painted plates with classic drawing and colors.



Menelusuri Pasar Triwindu bagaikan melalui lorong waktu. Saya melihat berbagai barang yang dahulu jadi barang umum yang digunakan oleh orang tua atau nenek-kakek kita seperti telepon tua, mesin ketik tradisional hingga dompet atau tas tua yang sangat klasik.

Exploring Triwindu Market was like entering the time machine. I saw many things that commonly used by our parents or grandparents like an old phone, traditional typewriter, and even the classic wallet or bag.



Di sebagian area, barang-barang antik ini benar-benar ditumpuk begitu saja seperti sampah, namun area ini bagi saya terasa sangat artistik terutama di saat sore hari dan matahari senja yang kuning menyinari barang-barang antik yang sebagian terbuat dari bahan besi ini.


In another side of the market, those antique stuffs were stacked just like trash, but I saw it so artistic especially at noon, when the twilight met the iron antique stuffs.



Tanpa sadar saya dan Ferry sudah menghabiskan waktu berjam-jam di Pasar Triwindu. Just window shopping karena sebagian besar barang yang kami inginkan berukuran besar, and we haven’t got any place to put those antique stuffs, hopefuly someday and we’ll come hunting someone else’s trash to adopt and make it our treasure.
It’s so fun that Ferry and I didn’t realized already spent hours in Triwindu Market. We only did window shopping because mostly we were interested in big stuffs and haven’t got any place to put them. Hopefully someday we’ll come hunting someone else’s trash to adopt and make it our treasure.
@marischkaprueher biggest treasure is finding out those beautiful underwater sceneries in Indonesia

Photo by Ferry Rusli

NOTES

Where

Pasar Triwindu
Jalan Diponegoro
Surakarta, Jawa Tengah
*ps: Pasar Triwindu hanya sekitar 10 menit naik becak dari Red Planet Hotel Solo

*ps: Triwindu Market is only about 10 mins by pedicab from Red Planet Hotel Solo
 
Price
Harga barang-barang di Pasar Triwindu bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Jika memiliki teman di Solo akan lebih baik jika dibantu oleh mereka untuk membeli karena turis biasanya diberi harga jauh lebih mahal.

The price range in Triwindu Market starts from tens of thousands to millions rupiahs. If you have any friend in Solo, it would be better to ask them to accompany because usually they give a higher price for tourist.
 

***

2 komentar:

  1. Dilihat dari foto-fotonya, serasa bukan di Indonesia.
    Klasik banget, seru nih berburu foto di pasar-pasar klasik kayak di Solo Ini.

    BalasHapus
  2. Saya pernah kesana sblh e ngarsupuro mangkunegara,seperti kembali ke tahun 50-70an,mengingatkan solo lg jd kangen pengen dsana terus,jgn lupa ad soto triwindu nya deket3 situ mantab

    BalasHapus