Pages - Menu

15 Agustus 2017

A STORY BEHIND THE SCENE: SEMANGAT KEMERDEKAAN (1)



Kami melangkah di dermaga Kampung Komodo. Ferry sibuk mempersiapkan tim untuk mengambil gambar, saya dan Sefiin berjalan kaki memasuki kampung. Kami berhenti sejenak di balai warga untuk mendaftarkan nama kami di buku kunjungan. Saat keluar saya langsung melihat muka yang sangat familiar, Dedi!

Dedi merupakan guide kami saat saya dan Ferry datang ke Taman Nasional Komodo tahun lalu. Ia tinggal di Kampung Komodo dan saya sudah berusaha menghubungi Dedi untuk memberitahu kedatangan kami namun saat menelpon salah sambung. Untungnya, saat kami datang ternyata Dedi sedang tidak membawa tamu, jadi kami bisa bertemu.

Selain mengambil video, bercanda dengan anak-anak, kami pun mencari lampu petromax untuk kebutuhan shooting, dan Dedi dengan sigap langsung membantu kami mencari lampu petromax yang sudah langka itu (who need that when electricity available anyway).

Sefiin, Ferry, Dedi and me
Akhirnya kami mendapatkan lampu petromak tua yang sudah menghitam. Well, tampilannya bukan masalah karena kami hanya membutuhkan lampu itu untuk menghasilkan api dari sumbu lampu petromax. Usai membayar dengan angka yang kurang wajar (totally overpriced, but hey nobody else have it here!), kami kembali ke kapal, mengucap selamat berpisah ke Dedi dan berharap dapat bertemu dengannya kembali saat kami datang kembali ke Komodo.

Kenapa lampu petromax sangat penting? Well, "api" akan menghangatkan suasana bersantai ngopi-ngopi di atas bukit, dan tidak mungkin kami membuat api unggun di atas sana (it's totally forbidden and dangerous), maka kami mengakali dengan lampu petromak karena kami tidak perlu api besar, hanya api yang berkobar secukupnya, membuat hangat suasana dan mempercantik gambar.

Di atas bukit kami bersenda gurau. Langit mulai meredup dan inilah saat yang ditunggu untuk mengambil gambar terakhir dalam video kami. Dalam waktu sangat singkat, persis sebelum bias matahari terakhir turun dan langit menggelap, tiba-tiba si petromax ini ngadat tidak mau menyala, padahal saat kami coba di kapal, ia baik-baik saja dan menyala lancar.


Om Noon berusaha keras menyalakan petromak dengan alat seadanya, kami bahkan menaruh kertas di dalam petromax agar menyala (it was a chaos, trust me!). Di waktu singkat yang terasa lama tapi singkat (??) itu, kami kejar-kejaran dengan waktu. Akhirnya shot yang diinginkan kami dapatkan, kini kami bersenda gurau lega, we got what we need. Langit menggelap, saya menatap gurat bukit yang masih terlihat, sangat indah meski sebagian besar yang saya lihat adalah kegelapan.

Kami berjalan turun dan berhenti sejenak saat tiba di pantai, ngobrol santai dan menikmati suara ombak dan laut, angin pantai.

Keesokan harinya, kapten iseng mencoba menyalakan petromax. Si lampu itu menyala, api dengan lancarnya keluar dari sumbu. Ah petromax sialan ini bikin ketar-ketir, ia iseng menggoda kami di atas bukit.

@marischkaprue - for her, sunset is best to share together

SEE THE VIDEO HERE:





5 komentar:

  1. Kereen videonya... Perlu belajar banyak sama mbak pru ney soal perblogkan n vlog... Sukses selalu.. Amiiin

    BalasHapus
  2. Wah mantap postingannya!!.. Jangan lupa mampir ya mba ke blog saya!! hheee

    BalasHapus
  3. Keesokan harinya, kapten iseng mencoba menyalakan petromax. Si lampu itu menyala, api dengan lancarnya keluar dari sumbu. "Ah petromax sialan ini bikin ketar-ketir", ia iseng menggoda kami di atas bukit.

    Lucu nih ... hahahaha .. so natural .. like it :P

    Regards
    sinfu

    BalasHapus
  4. Kalau ga salah di Taman Nasional Komodo ada 5 pulau ya? Trus mana yg plg menarik? Thx

    BalasHapus