Pernah main truth or dare? Rasanya semua tahu permainan ini. Saat anda dapat giliran, kalau kena dare maka lakukan kegilaan sesuai keinginan teman, kalau kena truth maka lontarkan jawaban atas pertanyaan apapun.
Tapi rupanya kalau di permainan ini saya paling males, atau tepatnya takut kena truth. Kenapa? Simple, kalau kena dare "hanya" buat dosa (entah tiba tiba disuruh ciuman - intens tentunya- dengan random person, atau kegilaan lainnya), nah sedangkan kalau kena truth seringnya harus comes clean, alias "buka" catatan dosa. Jelas kan kalo bikin dosa itu lebih gampang daripada ngaku dosa.
Kita semua pasti punya catatan dosa, hal hal yang kita anggap perbuatan salah, mulai dari hal hal kecil, bohong bohong jinak ke pacar, sampai hal besar. You name it yourself. Coba gali ke belakang, pasti ada satu dosa yang anda ingat, anda simpan baik baik sampai tidak ada yang tahu. Saya suka menyebutnya dirty laundry, hal kotor yang kita simpan, sampai suatu saat kita berani untuk comes clean.
Pernah seseorang saat ngajak saya bikin dosa, bilang "what's right and wrong anyway?" bener juga sih. Apa coba batasan sesuatu disebut dosa? iya, agama, Tuhan, tapi yang membuat batasan persepsi kan anda sendiri. Ah, atau anggap saja statement itu hanyalah pembenaran untuk membuat dosa. Untuk jadi sinner.
Saya selalu merasa lebih gampang jadi sinners setelah menegak beberapa gelas wine dan sejenisnya. Saat hati bicara kalau sesuatu yang saya lakukan salah, at least I can blame the alcohol. As long as nobody know. Yap, dirty laundry bisa dibuka, kita bisa cerita ke teman, tapi pasti ada satu yang kita simpan jauh jauh di dalam karena kalau dibuka kita tidak siap konsekuensinya.
Biasanya kalau mesti comes clean, akhirnya dosa itu diakui, dengan berbagai alasan, cara saya ya salahkan alkohol. Ada teman yang menyalahkan situasi, ada yang menyalahkan yang ngajak bikin dosa, intinya semua fakta bisa diputar, digaris bawah bagian "penyebab" sehingga tampak dosa lah yang menghampiri kita, bukan kita yang menghampiri dosa.
Sebagian akhirnya dengan cara berkelit bisa lolos dari konsekuensi berat ngaku (atau terpaksa ngaku) dosa. Kapok? Sebagian iya, sebagian tidak. Kalau saya sendiri tidak kapok, karena dirty laundry saya masih tersimpan aman, nobody knows. Tapi saya tidak berencana bikin dosa lagi. Kenapa? Too much dirty laundry is just too much to handle.
Dosa itu universal, semua orang pasti punya dosa. Entah dosa kecil atau besar, everyone is a sinner. Saya ingat satu cerita, ada pendosa, pelacur yang akan dihukum ramai ramai, semua warga sudah siap merajam. Tiba tiba ada seseorang yang bilang "Those who's without sin may cast the first stone," yang tidak berdosa boleh melempar batu pertama. Hasilnya, semua meletakkan batunya dan tidak ada satupun yang melempar.
Everyone is a sinner, but that's not the point. Clean is better than dirt, so I avoid too much dirty laundry. How bout you, sinners?
@marischkaprue - a silly sinner, who hates the fact that she have to carry her dirty laundry.
as published on Divemag Indonesia Vol 2 No. 019 September 2011
NICE!
BalasHapustante petualang :)