Okay, mungkin selama ini saya selalu mendeklarasikan diri
sebagai seorang diver yang ketagihan dengan dunia bawah laut. Saya mulai diving
bulan April tahun 2010, masih cukup baru bagi seorang divers, namun cukup waktu
untuk berkeliling dan menikmati alam bawah laut Indonesia.
Saya cukup beruntung memiliki pekerjaan yang memungkinkan
saya untuk berkeliling ke area pesisir dan tentunya juga diving di banyak
lokasi di Indonesia, dan setelah pekerjaan saya bergantipun saya masih diberi
keberuntungan untuk tetap bisa mengakomodir kecintaan saya pada indahnya biru
dan ragam makhluk laut.
Nah, kalau kita biasa sebut jam terbang, mungkin lebih cocok
disebut jam selam, biasanya disebut log dive, berapa banyak anda diving,
biasanya juga menentukan skill dan bouyancy (keseimbangan di dalam air).
Kalau saya, sekitar 61 kali dive (saya mencatat di buku setiap kali pulang dari
trip diving).
Hmm, jumlah itu mungkin terlihat cukup banyak, tapi hingga
sekarang dive license saya masih Open
Water, itu license paling rendah atau paling awal dalam dunia penyelaman,
ingin rasanya mengambil level advance
tapi belum terlaksana hingga sekarang.
Usai diving di Morotai |
Dalam pengalaman penyelaman saya selama dua tahun,
sebelumnya saya belum pernah sekalipun melakukan night dive. Yap, sesuai namanya, night dive dilakukan malam hari. Bayangkan anda menyelam di laut
saat gelap, kebanyakan yang saya ceritakan pasti nanya satu hal "ngga
serem tuh?"
Bulan September kemarin saya trip ke Tulamben, lokasi diving
yang dikenal karena ada wreck kapal
USS Liberty. Usai dua kali penyelaman siang dan sore, saya diajak ikut night dive di Tulamben. Saya langsung
excited, selama ini saya belum pernah melakukan night dive, meski sudah ada
kesempatan namun harus saya lewatkan karena alasan harus shooting pagi sekali keesokan harinya.
Kali ini saya langsung mengiyakan dengan antusias. Dive
guide saya langsung memberi briefing,
ada ketentuan keselamatan selama night dive. Pertama yang pasti ditanyakan
semua orang adalah tentang gelapnya laut. Nah, untuk itu sebelum dive ada dua
senter yang disiapkan, satu untuk digunakan, satu lagi cadangan jika senter
pertama bermasalah. Kalau dua duanya bermasalah? pinjam senter cadangan buddy (pasangan dive) anda.
Setelah briefing selesai, saya langsung menyiapkan alat dan
menuju ke laut. Di Tulamben masuk melalui pantai, beach entry, dan saat saya masuk ke air suhunya hangat jadi
langsung nyaman.
Senter sudah kami nyalakan sejak masuk pantai, kemudian kami
menyelam perlahan. Menyelam malam hari ini beda dengan yang saya bayangkan,
rasanya justru tenang sekali, karena yang kita lihat hanya area area yang
terkena sorotan lampu senter.
Saya menyelam berjajar dan kadangkala berada di belakang
dive guide saya. Satu hal lagi tentang penyelaman, stick with your buddy,
jangan asik sendiri dan hilang sendiri, apalagi malam hari karena kalau ada
masalah yang pertama bisa menolong kita adalah buddy.
Masuk ke area wreck sangat seru, cahaya senter membuat besi
besi dan bagian kapal terlihat, kadangkala ada ikan yang melintas dan terlihat
bercahaya terkena sorotan senter.
Coleman shrimp courtesy of Indonesia Dive Directory |
Dive guide saya, Cuplis beberapa kali memberi kode untuk
berhenti untuk melihat makhluk laut yang aktif di malam hari. Udang udangan
biasanya terlihat di malam hari, namun makhluk yang satu ini kecilnya minta
ampun, sulit terlihat kalau tidak jeli.
Spanish dancer sebelum bergerak "menari" |
Satu yang paling mempesona saya yaitu spanish dancer, nama ini diberikan pada jenis nudibranch yang berukuran besar karena jika merasa terancam spanish dancer akan melarikan diri dengan bergerak ke atas dan bagian
tubuhnya akan terlihat seperti rok penari flamenco.
Saya yang membawa kamera langsung merekam gerakan yang indah dari spanish dancer yang bergerak ke atas.
Kalau membayangkan sulit, bisa lihat video yang saya rekam disini:
Usai melihat spanish
dancer, saya dan dive guide saya kembali berkeliling, ia menunjukkan frog fish yang diam di soft coral. Frog fish ini unik karena tidak
berenang namun bergerak dengan memompakan air ke bagian di bawah sirip bawah
yang terlihat seperti kaki. Bentuk ikan ini seperti katak yang sedang duduk
sehingga disebut frog fish.
Warty frog fish courtesy of Indonesia Dive Directory |
Another frog fish courtesy of Agata Melisa |
Namun ukuran frog fish
ini rata rata kecil sekali, yang saya lihat di night dive ini berukuran sebesar kuku jempol saya, untuk difoto pun
tidak bisa karena kamera saya tidak bisa untuk ukuran makro :(
Asik melihat soft
coral, sea fan dan apapun untuk menemukan binatang binatang laut berukuran
kecil yang biasanya disebut macro,
saya tidak fokus melihat suasana. Tiba tiba Cuplis menunjuk ke kejauhan sambil
mengarahkan senternya. Sosok ikan besar terlihat bergerak perlahan, semakin
saya dekati makin terasa ukurannya yang besar, bahkan lebih besar dari badan
saya kalau saya berjajar di sebelah ikan ikan yang disebut bumphead ini. Mereka simply disebut bumphead karena memang kepalanya seperti bengkak, saat saya cerita
tentang bumphead, pasangan saya malah
kirim foto orang afrika yang kepalanya bengkak besar akibat kejedot (-___-) yah
itu juga masuk kategori bumphead.
Bumphead parrot fish courtesy of Agata Melisa |
Yang membuat lebih menarik lagi, bumphead ini berjajar
banyak sekali dan bergerak perlahan. Melihat ikan besar di gelapnya malam benar
benar seru, saya berusaha mengambil gambar, namun lagi lagi keterbatasan kamera
dan skill fotografi saya sehingga untuk gambaran bumphead saya pinjam foto
punya Agata Melisa yang sering diving dan foto foto di bawah laut.
Diving di malam hari memang seru, namun dive guide saya
bilang, biasanya kalau dari awal tidak merasa nyaman, saat diving kurang
menikmati. Hmm, saya sangat menikmati keseruan ini karena sejak awal masuk ke
laut rasanya tenang sekali, dan sama sekali tidak mengerikan seperti yang
dibayangkan kebanyakan orang kok. Kuncinya tenang, tidak panik dan nikmati saja
keseruan diving hanya dengan cahaya senter.
Oya, satu lagi yang paling menarik. Di satu tempat, dive
guide saya menutup cahaya senternya dan meminta saya melakukan hal serupa.
Suasana tiba tiba gelap total, kemudian ia mengibaskan tangannya. Yang terjadi
kemudian seperti di film film fiksi, muncul titik titik terang berkilauan,
namun ini benar benar terjadi. Saya melakukan hal serupa dan cukup bengong terpesona
dengan titik titik cahaya yang muncul tiba tiba seperti debu berkilauan saat
saya mengibaskan tangan.
Rupanya, plankton tertentu bisa mengeluarkan cahaya saat bergerak
atau bergesekan akibat gerakan tangan kita. Ini rasanya seru dan menyenangkan
sekali, you will feel like you're in some
kind of fairytale world, waving your hands and then fairy dust glittery gold
just blinking. Seru abis!
Kami menghabiskan waktu sekitar 45 menit penyelaman malam,
dan rasanya, sumpah, I just wanna do it
again, soon! Omagah you should, I meant you MUST try, it is amazing! :D
@marischkaprue - always super excited underwater, esp at
night.
Thanks to BIDP Bali Diving for this amazing trip!
If you wanna dive in Tulamben, you can contact BIDP Bali Diving bookings:
(62-361) 270759, 285065 or info@bidp-balidiving.com
http://www.bidp-balidiving.com
saya juga mau ikutan diving.. xD
BalasHapusDiving siang aja blm sukses. Night dive? Nanti dulu ya......hehe ;)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus