Pages - Menu

31 Januari 2019

Aek Nauli Elephant Conservation Camp: Run For The Elephant



"Wah gajahnya lucu banget tadi nyambut kita, kupingnya gerak-gerak," ujar teman saya usai safari dengan jeep di Afrika Selatan. Saya yang ada di jeep yang berbeda langsung senyum-senyum sendiri karena saat gajah yang ia maksud mendekati jeep yang ia tumpangi, ranger di jeep saya justru berkata bahwa gajah itu justru memberi peringatan saat melakukan gerakan yang disebut "lucu" oleh teman saya.

Itu kejadian tiga tahun lalu..
                  
Gajah selama ini memang punya image baik, lucu, meskipun badannya sangat besar, baik gajah Afrika maupun Gajah Asia. Mungkin karena image karakter Dumbo? lalu siapa pula yang mulai cerita bahwa gajah takut tikus? ini selalu ada di komik-komik.


Kali ini saya berhadapan dengan gajah Asia, Luis Figo namanya, diambil dari pesepakbola asal Portugis. Luis Figo yang ini tidak bermain bola, namun Luis "memegang" lingkaran bunga ala-ala dengan belalainya. Luis mendekati saya dan sayapun sambil merekam Luis yang mendekat dengan smartphone saya. Makin dekat, makin dekat, si jantan berumur 12 tahun ini memang sangat besar, sekali injak tentu saya yang hanya berbobot 52 kilogram ini sudah jadi pepesan. Namun saya tidak takut sama sekali, mata Luis terlihat lembut, ia tidak akan menyakiti siapapun.

Luis mengalungkan karangan bunga itu ke leher saya. "Nice job Luis," ujar Bang Ilham, mahout (pawang) utama di Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di Pematang Siantar, Sumatera Utara.



Luis tinggal di ANECC bersama 3 gajah lainnya: Vini Alfi, gajah 30 tahun yang berasal dari Hutan Sosa di Sidempua, Ester yang sudah berusia 36 tahun dari Palembang dan Siti, gajah 37 tahun yang juga berasal dari Palembang.

Saya cukup heran kenapa hanya ada 4 gajah di area yang luas ini. Bang Ilham kemudian menceritakan bagaimana gajah-gajah ini bisa ada di ANECC. Sebagian besar dari gajah-gajah ini adalah anak dari gajah yang ada di penangkaran gajah di wilayah lain, jadi memang sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia. Meski begitu, Bang Ilham menegaskan bahwa kita tidak bisa seenaknya memperlakukan gajah bak binatang peliharaan, tetap mesti ada pawang dan prosedur keselamatan untuk berinteraksi dengan gajah.

Bang Ilham bercerita sebelum atraksi edukasi gajah
Mahout membisiki gajah
Di ANECC juga tidak ada elephant riding untuk pengunjung, hanya mahout (pawang) yang boleh naik ke atas gajah untuk mengarahkan gajah-gajah tersebut. Saya pun memperhatikan bahwa mahout naik di bagian "leher" gajah, lebih ke arah kepala dibandingkan elephant ride yang biasanya naik di punggung gajah. Mahout pun memberi arahan pada gajah dengan suara, seakan membisiki gajah persis di telinganya.

Ada kata yang sering saya dengar: " sayang."
Bang Ilham berulang kali berkata "sayang" sambil memanggil gajah-gajah di ANECC, dan berulang kali pula ia mengelus Luis, Vini, Ester dan Siti bak anaknya sendiri.

"10 tahun saya sudah jadi mahout," ujar Bang Ilham yang tidak pernah terpikir ini akan jadi jalan hidupnya. Ia mulai dari membantu temannya yang menangani gajah dan ternyata tidak butuh waktu lama bagi Bang Ilham untuk jatuh cinta pada binatang besar yang lembut ini.

Survival of the Fittest

Siapa yang kuat, itu yang akan bertahan. Sayangnya meski berukuran besar dan sangat kuat (katanya gajah dewasa dapat mengangkat bobot seberat 300 kg dengan belalainya), namun nasib gajah di alam liar justru tersingkir. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan kita: manusia..

Makaranga, tanaman kesukaan gajah yang ditaman di area Aek Nauli Elephant Conservation Camp
Lahan tempat tinggal gajah yang terdesak keberadaan manusia, atau ketamakan manusia yang membunuh gajah untuk diambil gadingnya (atau caling pada gajah Asia betina - semacam gading namun lebih pendek dan dengan kepadatan yang berbeda). Binatang besar nan lembut ini semakin terdesak, dan salah satu upaya penyelamatan gajah adalah area konservasi seperti ANECC ini. Saat ini baru ada empat gajah, namun ANECC sedang terus dikembangkan, area penanaman pakan gajah juga diperluas agar bisa menampung lebih banyak gajah di kemudian hari, dan semoga saja bisa lebih banyak mengedukasi orang-orang tentang gajah dan pentingnya menjaga kelestarian gajah, terutama di Indonesia.


Penyerahan donasi Rp. 549 juta dari penjualan tiket Pertamina Eco Run 2018 untuk konservasi gajah di Aek Nauli
Saya datang bersama rombongan kecil dari Pertamina yang datang untuk menyalurkan bantuan donasi yang dikumpulkan dari acara Pertamina Eco Run pada Desember 2018 lalu. Penjualan tiket sebesar sekitar Rp. 1 Miliar itu disalurkan untuk pelestarian Elang Bondol dan Gajah Sumatera, untuk donasi Gajah Sumatera sebesar Rp. 549 juta disalurkan melalui Balai Penelitan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli.

Saya memang bukan orang yang hobi ikutan acara lari, namun begitu tau bahwa hasil penjualan tiket digunakan untuk donasi pelestarian satwa saya sangat senang. Mungkin lain kali saya akan ikut lari (or maybe not haha, but I'm 1000% loving this kind of event).

Hoping to see more happy elephants in the wild
Mungkin di pikiran kita, kita lari untuk kesehatan, olahraga, namun gajah-gajah itu selama ini lari dari bahaya yang mengancam mereka, lari dari manusia yang berusaha menangkap gajah, atau mengusir gajah dari lahan mereka. Kita berlari di Pertamina Eco Run dengan harapan gajah-gajah itu bisa berhenti berlari dari ancaman, dengan adanya area aman untuk mereka, bukan hanya untuk Luis Figo..

@marischkaprue - think that elephant remember things better than her (she kept forgetting where she put her car key a lot of times)

****

AEK NAULI ELEPHANT CONSERVATION CAMP (ANECC)
Jl. Lintas Tengah Sumatera
Sibaganding, Girsang Sipangan
Bolon, Kabupaten Simalungun
Sumatera Utara

THANKS TO






PERTAMINA

more about Pertamina Eco Run and the donation here
TBBM Pematang Siantar 
Trinity Traveler (went to Medan - Pematang Siantar, ANECC with her, check out her blog here)

 

1 komentar: