Bagi saya setiap penyelaman hampir selalu menarik, ada hal
baru yang ditemukan meski terkadang ada beberapa penyelaman dimana saya merasa
tidak puas dengan apa yang saya temui di bawah laut.
Namun lokasi yang akan saya ceritakan ini dijamin tidak akan
membuat penyelam tidak puas. Mengapa? karena apa yang saya temui di kedalaman
40 meter di bawah laut adalah sepenggal bukti dan kisah sejarah Perang Dunia ke
II.
Datanglah ke Morotai, pulau di ujung utara Maluku. Bagi saya
perjalanan ke Morotai cukup panjang, dari Jakarta ke Ternate, menyebrang ke
pulau Halmahera, menyeberang lagi ke Pulau Morotai. Meski Morotai memiliki tujuh
landasan pesawat, namun
penerbangan ke Morotai tidak selalu ada.
Meski panjang dan melelahkan karena semua peralatan selam
yang kami bawa, perjalanan ini bagaikan ekspedisi yang selalu membuat kami
bersemangat karena ada satu tujuan kami, mendata dan mengetahui persis jenis
pesawat yang ada di dasar laut Morotai. Yap, bangkai pesawat adalah tujuan
kami, dan bukan sembarang pesawat, burung besi yang kini menjadi penghuni laut
Morotai adalah saksi sejarah Perang Dunia ke 2 di utara Maluku tersebut.
Karena letak strategisnya, Morotai pernah menjadi pangkalan
pasukan Divisi VII Angkatan Perang Amerika Serikat yang tergabung dalam tentara
Sekutu. Panglima Perang Pasifik AS saat itu, Jendral Douglas McArthur mengatur
Morotai sebagai pangkalan militer terbesar di wilayah Pasifik. Tidak tanggung
tanggung, tujuh landasan dibangun untuk mengakomodir 3.000 pesawat tempur yang
bergantian datang untuk menyerang Jepang dengan target menguasai Filipina
terlebih dahulu.
Di depan foto foto yang menunjukkan situasi Morotai saat PD II |
Bekas truck militer ini ada di tengah kebun di banyak lokasi di Morotai |
Usai perang, berbagai tank, truk, pesawat tempur dan bomber
tergeletak di pulau mungil di ujung Maluku Utara ini. Waktu berlalu dan sebagian
sisa sejarah ini dipereteli penduduk untuk diambil besinya, sementara, sebagian
lagi terkubur di dasar laut. Inilah yang kami cari dalam ekspedisi saya di
tahun 2010 lalu.
Penyelaman ke bangkai pesawat adalah penyelaman yang harus
sangat direncanakan dengan baik. Mengingat kedalaman pesawat ada di 40 meter,
maka waktu di bawah akan sangat terbatas. Firman, dive guide saya saat itu
sudah membawa extra tabung untuk safety stop kami.
Setelah perhitungan, kami hanya mempunyai waktu 9 menit saja
jika sudah memasuki kedalaman 40 meter, waktu yang sangat singkat untuk
mengamati semua pesawat, namun untuk prosedur keamanan maka kami setuju dengan
batasan waktu tersebut.
Sekitar 50 meter dari tubir karang kami mulai menyelam. Saya
yang hanya membayangkan pesawat saja, langsung terpesona dengan apa yang saya
dapatkan di kedalaman 15 meter. Ban kendaraan perang, kemudi truck, dan bahkan
peluru berserakan di antara pasir dan karang, saya mengamati dan asik mencari
perlahan sisa sisa peninggalan PD II tersebut.
Di Kedalaman 20 meter sudah ada beberapa truk militer |
Bentuk truk ini masih terlihat jelas, bahkan ban pun masih melekat. |
Kemudian kami semakin menuju ke dalam dan di 20 meter saya
dapat melihat jelas truk militer yang masih dalam bentuk utuh, benar benar
seru. Dan, di kedalaman 20 meter pula saya melihat samar samar bayangan hitam
besar, bayangan pesawat! Saya langsung merasa seakan badan saya ditarik ke arah
benda hitam tersebut, adrenalin rasanya langsung melonjak, saya tidak dapat
menahan rasa penasaran saya untuk melihat lebih dekat.
Di antara bangkai peralatan militer PD II |
Badan dan sayap pesawat terlihat jelas |
Semakin dekat, saya bisa semakin melihat jelas. Meski posisi
pesawat terbalik, terlihat jelas badan dan sayap pesawat dengan kondisi yang
cukup utuh. Firman memberi kode ke Edy Pras yang bersama saya saat itu. Mereka
langsung mengukur rentang sayap dan panjang badan pesawat. Kami hanya punya 9
menit untuk mengambil gambar sekaligus mengambil data pesawat.
Terlihat besarnya pesawat, foto courtesy Indonesia Dive Directory |
Tidak hanya satu kapal, di kedalaman kami menyaksikan
beberapa pesawat bertumpuk, memang perlu beberapa saat untuk menyadari bentuk
pesawat yang bertumpuk tersebut. Saran saya, diamlah di satu titik dahulu untuk
melihat jelas bentuk pesawat secara lebar, baru mulai berkeliling bangkai
pesawat untuk melihat detail struktur saksi perang dunia kedua itu, dijamin
jadi pengalaman yang sangat luar biasa :)
***All photos by Edy Prasetya***
Thanks to:
- Firman, the emotional diver yang seru dan lucu abis :)
- Edy Prasetya, mentor saya yang banyak banget ilmunya, thanks udah banyak kasih info berupa cerita yang menarik.
- Popo Nurachman, underwater camera person yang tenaganya ngga pernah abis abis.
- Kang Adit yang seru pisan euy!
- Jangan pernah mengambil apapun yang kamu temukan di laut ke darat, peluru yang banyak banget itu jangan diambil satupun, jika satu divers mengambil satu peluru nanti lama lama habis dan keseruan diving di Morotai akan berkurang, artinya kita merusak potensi wisata selam disana, jadi please jadi diver yang bijak :)
- Yang mau trip juga ke Morotai bisa hubungi Adita Agoes untuk nanya budget dan cara kesana, lewat account twitternya @kaleumm
exploring didasar laut ada berasa semacam angker ngga seperti halnya di darat, secara melihat dari jarak dekat sisa2 perang dunia II,,,, terus merinding bulu kuduknya gimana ya?!
BalasHapuswow kerenn banget tuh...
BalasHapusPenyelaman paling menarik yg pernah gw lakukan.
BalasHapusGila kereb banget sumpahhhhhhhh
BalasHapusWih keren banget nih, bisa eksplorasi bawah laut morotai yang melegenda itu
BalasHapusKapan yah baru bisa menyelam di Morotai dan lihat sisa-sisa perang dunia II disitu?
wow koordinat berapa nih sist... dive wreck terakhirku di sultra 2 tahun lalu...kapal IJN 1939
BalasHapuswow koordinat berapa nih sist... dive wreck terakhirku di sultra 2 tahun lalu...kapal IJN 1939
BalasHapuska bagi itinerary dong, kek'a tertarik dh ke sana, ato sama kontak kawan2 di sana,
BalasHapusbisa kirim email ke baiyie.scot@gmail.com
Morotai Maluku adalah bekas Pangkalan Udara Jepang saat perang dunia kedua
BalasHapusinfo menarik, komentar juga ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com
BalasHapus