Pages - Menu

30 Januari 2013

Cozy Sunset at Woobar, Seminyak

Everybody loves to relax and feel the wind breeze while hearing the sound of sea
Thats why I love this place
Enjoy the picture and the sunset :)




Woobar from inside



Sunset dan jajaran pohon kelapa :)
Notes:
  • Lokasi Woobar di W Retreat, Jl. Petitenget, Kerobokan, Seminyak, Bali
  • For bookings: Phone (62)(361) 4738106
Related Stories:





18 Januari 2013

Papa Theo Shipwreck, only 1,5 hour from Jakarta


 
Kapal tenggelam adalah bencana, namun bobot ber ton ton struktur besi dan baja dari kapal tidak akan hanya hilang ditelan birunya laut, selama masih bisa diakses oleh penyelam.

Wisata penyelaman bangkai kapal selalu jadi daya tarik bagi penyelam. Mengapa? melihat struktur kapal di dalam laut selalu menarik, melihat ruang ruang dan bagian bagian kapal yang biasanya kita lihat di atas permukaan dan kini terendam air selalu jadi pemandangan yang unik, setidaknya bagi saya.

Salah satu bangkai kapal yang terkenal adalah SS Liberty yang ada di Tulamben, Bali. SS Liberty adalah kapal cargo Amerika di era Perang Dunia II dan kini berada di bawah perairan Tulamben.

Namun untuk mencari bangkai kapal tidak melulu harus ke situs kapal karam yang terkenal itu, di area Jakarta pun setidaknya ada empat situs kapal karam yang kini jadi tujuan penyelaman di area Kepulauan Seribu.

Empat situs bangkai kapal tersebut adalah situs Poso di sekitar Karang Congkak, situs Ponton di sekitar Pulau Pamagaran, situs Tabularasa di sekitar Pulau Pramuka dan situs Papa Theo di timur area Pulau Papa Theo.

Bayangan hitam segitiga di belakang saya adalah Papa Theo shipwreck
Di penghujung tahun 2012 saya menyelami situs yang terakhir, yang juga paling banyak dikenal dibanding situs lainnya. Dari Pulau Papa Theo menuju lokasi bangkai kapal hanya sekitar 15 menit dengan speed boat, namun area ini cukup arus dan banyak partikel sehingga jarak pandang rata rata kurang baik.

Saat saya turun, jarak pandang hanya sekitar 7-10 meter, karena banyak partikel sulit untuk mengambil gambar kapal dengan komposisi wide. Namun, saya bisa melihat bangkai kapal cargo yang masih relatif utuh ini.



 
Kapal di situs ini adalah kapal cargo yang tenggelam di tahun 1981, karena belum lama maka kapal Papa Theo tidak memiliki posisi sejarah seperti SS Liberty, ataupun wreck pesawat di Morotai. Namun, kapal ini cukup menarik karena banyaknya coral yang tumbuh di sisi sisi bangkai kapal.

sea whip yang bentuknya unyu :)
Penampang samping kapal banyak dihiasi lace coral dan red whip coral, ada juga beberapa area yang ditumbuhi sea whip yang membentuk spiral di ujung, seperti candy stick tipis yang bermunculan :)

Pinnate batfish
Orange anemonefish
Papa Theo shipwreck juga menjadi rumah bagi banyak hewan laut. Di area ini banyak pinnate batfish yang berenang perlahan dan saya bisa cukup mendekat ke mereka. Grouper dan boxfish juga sering terlihat di area bangkai kapal.

Kedalaman penyelaman di Papa Theo shipwreck cukup nyaman, sekitar 12 hingga 32 meter, namun kita sudah bisa menikmati di kedalaman 15-25 meter sehingga tidak perlu menyelam terlalu dalam.

Untuk menuju ke area ini hanya perlu waktu sekitar 1,5 jam naik speed boat dari Jakarta, jadi lokasi ini bisa jadi alternatif penyelaman bagi penyelam domisi Jakarta yang cukup sibuk setiap hari kerja :)

@marischkaprue - will never be too busy to dive

Video will give you better explanation, here's Papa Theo shipwreck video by Ferry Rusli:



 Thanks to:
  • Seamoth Dive
  • Cipto AG for insights about shipwrecks in Jakarta
 RELATED STORIES:

14 Januari 2013

Harga Ambil License Diving


 
Setiap ketemu siapapun dan saat mereka nanya tentang diving saya pasti langsung semangat, setiap saat sering saya gunakan untuk membujuk siapapun agar mencoba diving, lebih senang lagi kalau sampai mau ambil license. Bahkan ada teman saya yang takut air sudah berhasil saya buat ikutan try dive meski hanya di kolam.

Hmmm, mengapa saya begitu bersemangat mengajak diving? Sulit menjawabnya, bukan karena tidak ada jawaban, justru karena terlalu banyak jawaban. Diving itu my most relaxing, fun, exciting experience, apalagi kalau lokasinya bagus, saya sering merasa saya ada di dunia lain saat saya diving. Semua view, feeling, warna, semuanya berbeda dengan dunia di atas, di daratan.

Pelatihan diving pertama saya di Padang Bai, Bali

Sebelum latihan di kolam
Saat diving kita bisa melayang, di dalam air, itu persoalan bouyancy, tapi saat berasa melayang, melihat dasar yang tidak terlihat ujungnya, untuk saya itu perasaan yang sangat menyenangkan, atau melihat makhluk laut yang luar biasa aneh aneh warna, bentuk, semuanya.

Dunia bawah laut adalah dunia penuh pesona, yang membuat saya ketagihan, dan selalu membuat saya ingin mengajak sebanyak banyaknya orang ikut merasakan ini. Just try, and feel, and decide, will you fall in love into the deep blue sea?

Buat yang mau ambil license, ini listing harga dan dimana, ada yang lumayan mahal, ada yang murah, silahkan dipilih sesuai kocek masing masing

  • SSI Open Water by Sea Pearl (Jakarta)
            Biaya Pelatihan: Rp. 1.950.000,-
            tidak termasuk biaya ujian trip di Pulau
            Info lengkap: Sea Pearl 021.5606074/ 087820002010
  • PADI Open Waterby Sea Pearl (Jakarta)
            Biaya Pelatihan: Rp. 2.500.000
            tidak termasuk biaya ujian trip di Pulau
            Info lengkap: 021.563.8265/ 08161809549
** Ditambah biaya ujian trip dive di pulau biasanya total sekitar 3-4 juta
** Untuk SSI & PADI salah satu syarat mengambil license adalah bisa berenang sekitar 200 meter, jika tidak bisa berenang dapat diajar berenang dasar terlebih dahulu.
** Umur minimum untuk SSI: 12 tahun, untuk PADI: 15 tahun, atau 10 tahun (untuk Junior Open Water Diver)

  • Dive Indonesia (Jakarta)
          Biaya Pelatihan: Rp. 3.800.000 (PADI Open Water) / Rp. 3.500.000,- (SSI Open Water)
          Sudah termasuk kelas, pelatihan kolam, ujian dan trip di Pulau Pramuka, akomodasi dan sertifikasi (all in)
          Info lengkap: 081311467624 / email: info@divetripindonesia.com

Kalau mau yang lebih murah ada di:
  • ADS-I Open Water (Jakarta)
            Biaya Pelatihan: sekitar Rp. 1,700,000
            Belum termasuk trip ujian (tambahan biaya sekitar Rp.700,000
            Info lengkap: Arie 081807874205 ,Pin BB 21614800
Opsi lain bisa di
  • Divemaster (Jakarta)
            Informasi biaya: 021.7199045/ 021.5703600

Kalau mau ambil license di Bali, opsinya di:
Biaya pelatihan: 390 USD untuk PADI Open Water/ 330 USD untuk SSI Open Water
Info lengkap: 0361.270759/ 0361.285065
Disini ada paket biaya pelatihan + sertifikasi + transportasi + breakfast & lunch
Biaya paket: Rp. 4.500.000,- untuk 4D/3N
Info lengkap: email info@balidivetravel.com

Masih banyak opsi lainnya, yang penting tanya tanya lengkap dahulu karena sebagian baru biaya pelatihan kelas dan kolam saja, lihat mana yang cocok harga dan jadwal pelatihannya, I really hope you will start diving :)
underwater pose :)
 

11 Januari 2013

Pesawat Perang Dunia II di Dasar Laut Morotai



Bagi saya setiap penyelaman hampir selalu menarik, ada hal baru yang ditemukan meski terkadang ada beberapa penyelaman dimana saya merasa tidak puas dengan apa yang saya temui di bawah laut.

Namun lokasi yang akan saya ceritakan ini dijamin tidak akan membuat penyelam tidak puas. Mengapa? karena apa yang saya temui di kedalaman 40 meter di bawah laut adalah sepenggal bukti dan kisah sejarah Perang Dunia ke II.

Datanglah ke Morotai, pulau di ujung utara Maluku. Bagi saya perjalanan ke Morotai cukup panjang, dari Jakarta ke Ternate, menyebrang ke pulau Halmahera, menyeberang lagi ke Pulau Morotai. Meski Morotai memiliki tujuh landasan pesawat, namun penerbangan ke Morotai tidak selalu ada.

Meski panjang dan melelahkan karena semua peralatan selam yang kami bawa, perjalanan ini bagaikan ekspedisi yang selalu membuat kami bersemangat karena ada satu tujuan kami, mendata dan mengetahui persis jenis pesawat yang ada di dasar laut Morotai. Yap, bangkai pesawat adalah tujuan kami, dan bukan sembarang pesawat, burung besi yang kini menjadi penghuni laut Morotai adalah saksi sejarah Perang Dunia ke 2 di utara Maluku tersebut.

Karena letak strategisnya, Morotai pernah menjadi pangkalan pasukan Divisi VII Angkatan Perang Amerika Serikat yang tergabung dalam tentara Sekutu. Panglima Perang Pasifik AS saat itu, Jendral Douglas McArthur mengatur Morotai sebagai pangkalan militer terbesar di wilayah Pasifik. Tidak tanggung tanggung, tujuh landasan dibangun untuk mengakomodir 3.000 pesawat tempur yang bergantian datang untuk menyerang Jepang dengan target menguasai Filipina terlebih dahulu.

Di depan foto foto yang menunjukkan situasi Morotai saat PD II

Bekas truck militer ini ada di tengah kebun di banyak lokasi di Morotai
Usai perang, berbagai tank, truk, pesawat tempur dan bomber tergeletak di pulau mungil di ujung Maluku Utara ini. Waktu berlalu dan sebagian sisa sejarah ini dipereteli penduduk untuk diambil besinya, sementara, sebagian lagi terkubur di dasar laut. Inilah yang kami cari dalam ekspedisi saya di tahun 2010 lalu.

Penyelaman ke bangkai pesawat adalah penyelaman yang harus sangat direncanakan dengan baik. Mengingat kedalaman pesawat ada di 40 meter, maka waktu di bawah akan sangat terbatas. Firman, dive guide saya saat itu sudah membawa extra tabung untuk safety stop kami.

Saya dan Edy Pras
Sebelum menyelam
Menuruni tubir karang perlahan
Setelah perhitungan, kami hanya mempunyai waktu 9 menit saja jika sudah memasuki kedalaman 40 meter, waktu yang sangat singkat untuk mengamati semua pesawat, namun untuk prosedur keamanan maka kami setuju dengan batasan waktu tersebut.

Mengukur bagian kendaraan militer

Banyak sekali peluru berserakan
Sekitar 50 meter dari tubir karang kami mulai menyelam. Saya yang hanya membayangkan pesawat saja, langsung terpesona dengan apa yang saya dapatkan di kedalaman 15 meter. Ban kendaraan perang, kemudi truck, dan bahkan peluru berserakan di antara pasir dan karang, saya mengamati dan asik mencari perlahan sisa sisa peninggalan PD II tersebut.

Di Kedalaman 20 meter sudah ada beberapa truk militer

Bentuk truk ini masih terlihat jelas, bahkan ban pun masih melekat.
Kemudian kami semakin menuju ke dalam dan di 20 meter saya dapat melihat jelas truk militer yang masih dalam bentuk utuh, benar benar seru. Dan, di kedalaman 20 meter pula saya melihat samar samar bayangan hitam besar, bayangan pesawat! Saya langsung merasa seakan badan saya ditarik ke arah benda hitam tersebut, adrenalin rasanya langsung melonjak, saya tidak dapat menahan rasa penasaran saya untuk melihat lebih dekat.

Di antara bangkai peralatan militer PD II

Badan dan sayap pesawat terlihat jelas
Semakin dekat, saya bisa semakin melihat jelas. Meski posisi pesawat terbalik, terlihat jelas badan dan sayap pesawat dengan kondisi yang cukup utuh. Firman memberi kode ke Edy Pras yang bersama saya saat itu. Mereka langsung mengukur rentang sayap dan panjang badan pesawat. Kami hanya punya 9 menit untuk mengambil gambar sekaligus mengambil data pesawat.

Terlihat besarnya pesawat, foto courtesy Indonesia Dive Directory
Rentang sayap pesawat sekitar 20 meter, dan panjang badan 14 meter. Berdasarkan ukuran ini, kami meyakini kalau pesawat yang kami ukur adalah jenis Bristol Beufort, pesawat pengebom Australia yang dahulu digunakan untuk menyerang kapal perang Jepang saat PD II.

Tidak hanya satu kapal, di kedalaman kami menyaksikan beberapa pesawat bertumpuk, memang perlu beberapa saat untuk menyadari bentuk pesawat yang bertumpuk tersebut. Saran saya, diamlah di satu titik dahulu untuk melihat jelas bentuk pesawat secara lebar, baru mulai berkeliling bangkai pesawat untuk melihat detail struktur saksi perang dunia kedua itu, dijamin jadi pengalaman yang sangat luar biasa :)

Usai diving, makin tan kulit saya :)
@marischkaprue - make a journey, not war

***All photos by Edy Prasetya***

Thanks to:
  • Firman, the emotional diver yang seru dan lucu abis :)
  • Edy Prasetya, mentor saya yang banyak banget ilmunya, thanks udah banyak kasih info berupa cerita yang menarik.
  • Popo Nurachman, underwater camera person yang tenaganya ngga pernah abis abis.
  • Kang Adit yang seru pisan euy!
PS:
  • Jangan pernah mengambil apapun yang kamu temukan di laut ke darat, peluru yang banyak banget itu jangan diambil satupun, jika satu divers mengambil satu peluru nanti lama lama habis dan keseruan diving di Morotai akan berkurang, artinya kita merusak potensi wisata selam disana, jadi please jadi diver yang bijak :)
  • Yang mau trip juga ke Morotai bisa hubungi Adita Agoes untuk nanya budget dan cara kesana, lewat account twitternya @kaleumm

8 Januari 2013

Mumi Panglima Perang yang Menghidupi Keturunannya.



Thy soul set free from its flesh,

Wherewith blood stops running,

A form of life stand still..


Perihal kehidupan dan kematian selalu jadi misteri, manusia bisa mempersiapkan apapun untuk menghadapi kematian, membayangkan persepsi akan dunia setelah jiwa hilang dari raga, namun tidak ada yang bangkit dari kematian dan menceritakan bagaimana dunia setelah kematian itu sendiri.

Banyak peradaban mengasosiasikan raga sebagai media saat kematian datang, badan dianggap penting untuk dijaga , misalnya di Mesir Kuno dimana raga dianggap sebagai sarana yang penting setelah kehidupan di bumi ini hilang dari badan, sehingga jenazah tertentu diawetkan, dijadikan mumi.

Tidak hanya di Mesir, banyak masyarakat kuno mulai dari Amerika Selatan hingga Asia mempraktekan upaya mengawetkan badan manusia. Nah, jika anda ke ujung timur Indonesia, ada wilayah pegunungan dimana jenazah dahulu diawetkan dengan cara diasap, menghasilkan mumi yang menghitam dengan bagian kulit yang mengeras namun bertahan diterpa ratusan tahun masa berganti.

Mumi Wim Motok Mabel
Di Lembah Baliem, Jayawijaya ada enam mumi yang dikenal hingga kini. Namun ada satu yang paling menarik perhatian saya, karena si empunya raga ratusan tahun yang lalu adalah panglima perang, Wim Motok Mabel.

Nama Wim Motok Mabel pun menggambarkan siapa yang dahulu mengisi raga yang diawetkan ini. Wim berarti perang, Motok menggambarkan pemimpin, panglima, dan Mabel adalah nama panglima perang ini.

Sebagai sosok yang disegani, saat Wim Motok Mabel meninggal, jenazahnya diawetkan. Tujuannya agar sosok Wim Motok tidak hilang dari ingatan penduduk area Jiwika, agar keluarga panglima perang ini ingat betapa diseganinya Wim Motok di masa jayanya. Wim Motok Mabel juga meminta agar dirinya dijadikan mumi jika ia meninggal, dan kini ia tidak hanya menceritakan masa lalu namun menjadi penarik minat turis mengunjungi desa kecil di Distrik Kurulu, Wamena.

Usia mumi panglima perang ini sekitar 278 tahun, ini dihitung dari jumlah tali di lehernya yang ditambah setiap tahun berganti. Saya bisa melihat bagian bagian yang mulai rusak, kulit yang hitam mengeras di beberapa sudut siku mulai rusak dan memperlihatkan bagian tulang. Tidak hanya proses pengawetan, untuk menyimpan mumi pun perlu kondisi khusus agar dapat terus bertahan namun tentunya di Desa Jiwika, mumi hanya disimpan di honai, rumah tradisional di Papua.

Mumi di Desa Aikima
Wim diawetkan dalam posisi duduk, kaki merapat ke badan dan mulut menganga.
Mulut Wim menganga lebar, seakan akan menjerit menghadapi kematian. Kontras dengan mumi yang saya temui di Desa Aikima, dimana posisi mumi menunduk dengan ekspresi wajah seakan tertidur nyenyak.

Saya membayangkan bagaimana pembuatan mumi ini ratusan tahun yang lalu. Penduduk desa yang juga merupakan generasi ke tujuh dari Wim menjelaskan, proses panjang 200 hari pembuatan mumi.

Usai upacara setelah meninggalnya seseorang yang akan dijadikan mumi, jenazah dibawa ke honai yang lokasinya jauh dari desa. Kemudian dua orang yang dipilih secara khusus membuat api di dalam honai, dimana jenazah yang dibalur lemak babi, diletakkan di bagian langit langit honai. Asap dari api akan terus menerus mengenai jenazah selama 200 hari hingga tubuh mengering, mengeras dan menjadi mumi.

Setelah pengasapan selama 200 hari, upacara yang dinamakan "Ap Ako" akan menutup proses mumifikasi. Wim Motok Mabel yang telah diawetkan dibawa ke Desa Jiwika, disimpan dan dijaga oleh keluarga.

Bagian dalam honai

Saya memperhatikan Wim Motok Mabel
Bagi penduduk tradisional di Lembah Baliem, mumi dipercaya membawa kesembuhan, memberikan kesuksesan dan membantu memenangkan peperangan bagi keluarga dan desa yang menyimpan mumi, apalagi Wim Motok Mabel adalah panglima perang yang disegani sehingga mereka percaya Wim masih terus melindungi Jiwika.

Salah satu keluarga generasi ke tujuh dari Wim berkelakar "Kami percaya Wim bawa kesuksesan, buktinya Wim bawa turis dan uang ke desa ini," kami pun tertawa, ada benarnya juga perkataan mereka. Penduduk Desa Jiwika kini mengandalkan uang dari turis yang datang, untuk satu group turis saja bisa diharuskan membayar 300 ribu rupiah dan kami dapat sepuasnya melihat dan mengambil gambar Wim Motok Mabel.

Wim Motok Mabel, panglima yang senang berperang kini terkenal jauh melebihi daerah ia berperang. Ia tidak perlu menghabiskan nyawa musuhnya, tidak perlu bepergian, ia hanya duduk sambil memperlihatkan mulutnya yang mengerang. Wim kini "bekerja" untuk kehidupan keturunannya, menghasilkan uang bagi generasi dan generasi usai ia tidak lagi sanggup berperang.

@marischkaprue - never overthink about death

NOTES:
  • Akan jauh lebih menarik jika mengunjungi Wamena dan sekitarnya di saat Festival Lembah Baliem. Tahun ini Festival Lembah Baliem dilakukan di tanggal 12 Agustus - 15 Agustus 2013.
  • It would be way more interesting to visit Wamena and Baliem during the Baliem Valley Festival. This year the festival will be held on 12 August until 15 August 2013.

 RELATED STORIES:


6 Januari 2013

Bermain Bersama Ubur Ubur di Pulau Seribu



Kalau ada foto diving dengan ubur ubur pasti banyak yang mikirnya di Derawan karena memang disana ada danau yang penuh dengan ubur ubur yang sudah tidak menyengat lagi sehingga siapapun bisa dengan bebas masuk, berenang dan bersentuhan dengan ubur ubur tanpa takut tersengat.

Nah, kalau hitungannya cuma mau ketemu ubur ubur, di dekat Jakarta pun ada spot yang dipenuhi ubur ubur, walaupun beda dengan Derawan, ubur ubur disini menyengat layaknya ubur ubur normal, dan tidak sepenuh danau Kakaban karena seram juga kalau ada sebanyak itu tentunya sulit menghindari tentakelnya, tapi setidaknya saya ketemu minimal selusin ubur ubur besar yang sumpah, lucu banget!


Alih alih ketakutan, saya malah semangat banget ketemu makhluk yang satu ini. Saya dekati, ambil gambar, walau tentunya mesti tetap hati hati agar tidak terkena tentakelnya. Tentakel ubur ubur ini punya sel menyengat (nematocyst), yang sensitif terhadap tekanan, jadi jika tersentuh tentakel ini akan mengeluarkan sengatan. Sebagian besar sengatan ubur ubur tidak akan melumpuhkan manusia, ada jenis tertentu yang berbahaya seperti box jellyfish namun jenis ini tidak banyak ada di perairan tropis, tapi tetap saja sengatan ubur ubur lumayan bikin cenat cenut. Ada satu turis cina yang satu grup diving dengan saya terkena tentakelnya, alhasil punggung tangannya merah meradang total, jadi tetap hati hati ya :)

Lokasi penyelaman saya ini hanya sekitar 30 menit naik perahu dari pulau Papa Theo di Pulau Seribu, nama lokasinya Karang Dalam. Memang, saat saya menyelam jarak pandang cukup buruk, visibility mungkin hanya sekitar 5 meter, selain itu banyak sekali partikel sehingga di foto foto saya ini terlihat banyak bintik bintik.


Dilihat dari sudut manapun ubur ubur ini lucu :3
Namun, meski keruh, ubur ubur ini jelas terlihat karena warnanya yang mencolok. Memperhatikan ubur ubur dengan gerakan yang halus, perlahan, bahkan ada ubur ubur yang ditemani ikan kecil kemanapun ia pergi. Saya merasa jadi Spongebob yang bermain dengan ubur ubur, so excited!

Ferry Rusli semangat shooting ubur ubur
Oya, kalau ketemu ubur ubur, nomor satu jangan panik nanti keseimbangan di bawah laut alias bouyancy jadi kacau, salah salah malah nabrak ubur ubur super unyu tapi menyengat ini, bagian atas ubur ubur tidak berbahaya, tapi usahakan jangan dipegang ya, mereka ini tipis sekali dan rentan. Yang penting tenang, nikmati saat berada di antara banyak ubur ubur, memperhatikan mereka bergerak, dan tetap lihat sekeliling. Enjoy!

@marischkaprue - love love love love jellyfish!

Its more fun to see jellyfishes swim in a video, so check this out:



RELATED STORIES:

3 Januari 2013

Shoes for traveling, Why I became a traveler.



Okay, sekali lagi ada teman yang bertanya kenapa saya tidak di hard news lagi, kenapa saya tidak berkutat dengan politik, kenapa saya mengurusi hal yang dianggap "ringan," "hanya urusan senang senang," "tidak berbobot," bahkan ada sebagian yang bilang secara halus saya turun derajat dari seorang jurnalis hard news yang biasa liputan politik, bencana dan kasus nasional, menjadi seorang blogger dan traveler yang berbagi kisah di media sosial, internet dan majalah.

Beberapa tahun yang lalu saya berkutat dengan hard news
Hmm, ini cerita yang panjang karena saya sekarang adalah saya yang tidak pernah saya rencanakan sebelumnya. Saya sebelumnya adalah orang yang apatis, sama sekali tidak nasionalis, menganggap Indonesia itu kacau balau, ga bener, ancur, apalagi membandingkan dengan negara maju. Saya yang setiap hari bergumul dengan berita politik, gerah dengan kelakuan politisi, meski sebagian dari mereka ada yang sepertinya benar, namun jumlahnya sedikit sekali.

Saya melihat kekacauan itu, memberitakannya, seringkali berdiskusi tentang karut marut yang ada di negeri ini. Saya menikmati saat itu, bagi saya pengalaman sebagai jurnalis yang paling berharga adalah dengan menjadi jurnalis hard news, berhadapan langsung dengan kejadian dan kasus yang jadi perhatian utama.


Kemudian, saya terpeleset ke dunia traveling. Kenapa saya bilang terpeleset? Karena semuanya simply tidak disengaja. Saya mulai dipinjam untuk membantu peliputan program traveling, saya mulai berkeliling dengan sudut pandang yang baru, karena harus menyuguhkan hasil program wisata.

Kemudian lagi, saya mulai merasa saya menikmati berkeliling, semua bilang wajar karena biasa kerja hard news, tiba tiba program wisata tentu terasa enak. Namun, yang saya sangat nikmati adalah perjalanan, interaksi, bukan hanya destinasi.

view di Samosir ini bikin melongo kagum
Bersama penduduk lokal di Wakatobi
Rambut saya dibilang mirip ubur ubur :)
Saya akhirnya dari terpeleset, menjadi benar benar masuk di dunia traveling. Saya full time didedikasikan untuk program travel. Saya ingat ada teman kantor yang bilang "sayang skill kamu jadi ga dipake, hanya untuk program ha ha hi hi," ah namun saya tidak perduli, saya terlalu dibuai keasikan dunia baru ini dan hanya tersenyum "I enjoy it so much," ujar saya kemudian.

Waktu berlalu dan kemudian saya mulai suka menulis, berbagi cerita dan foto perjalanan saya. Saya kembali terbuai, saya mulai mengkhususkan waktu untuk mengambil foto dan bercerita melalui tulisan.

Masuk pedalaman di Malinau, Kalimantan Timur
Semangat mengambil gambar danau kaolin di Belitung
Usai diving di Morotai, Maluku Utara
Bersama penduduk lokal Jailolo, Halmahera Barat
Ah, namun kadang beberapa hal yang kita sukai tidak dapat dilakukan bersamaan. Saya akhirnya memutuskan berhenti dari media dimana saya bekerja dan fokus menulis, fokus blogging, fokus bercerita mengenai perjalanan saya.

Saya sangat menikmati berkeliling, menikmati interaksi dengan masyarakat lokal, menikmati mencoba kuliner baru, menikmati momen saya bengong sangking terpesonanya dengan keindahan satu lokasi, menikmati melihat langit yang penuh bintang, menikmati keindahan laut yang membuat saya merasa ada di dunia lain, dunia surreal yang terlalu indah.


Kembali ke pedalaman Kalimantan, ini di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Kini saya punya kacamata baru. Saya melihat Indonesia, tempat saya berkeliling sebagai tempat yang sangat indah dan nyaman, saya masih kesal lihat kelakuan aneh politisi, saya masih geleng geleng dengar penanganan kasus yang penuh intrik, namun saya sadar Indonesia punya jauh lebih dari itu, seburuk apapun karut marut yang ada, saat saya berkeliling mengeksplorasi Indonesia, saya selalu bergumam "Indonesia itu indahnya keterlaluan"

Saya masih bukan orang nasionalis, saya bilang saya cinta Indonesia karena keindahan alamnya, keragaman budaya, karena Indonesia memberi saya pengalaman yang luar biasa. Bukannya saya tidak mau keliling keluar negeri, saya pernah traveling keluar, tapi kok rasanya saya malah lebih suka pengalaman saya berkeliling tanpa paspor ya, mungkin karena bawah lautnya, mungkin karena sunsetnya, ah terlalu banyak hal.

Rambut saya masih dicat coklat, saya sering pakai softlens biru, saya sering nulis campur bahasa inggris, saya bukan penggemar batik, saya bukan sosok nasionalis. Saya hanya berkeliling Indonesia dan jatuh cinta, terus menerus.


Belajar masak kuliner Bali
Saya terlalu jatuh cinta, tidak perduli apa kata orang, tidak perduli ini skill saya atau bukan. When you're in love, you just willingly fall down into it. It's crazy but I wanna be crazy forever, thanks to all those amazing beautiful experience, scenery..everything. I realized that my shoes are for traveling, here..

Terimakasih Tuhan saya dibuat terpeleset, terimakasih alam Indonesia sudah memberi saya kacamata baru, semoga kacamata ini bisa diduplikasi dan dibagikan kepada yang ingin terpeleset seperti saya :)

@marischkaprue - with or without shoes will walk and go traveling