Okay, sekali lagi ada teman yang bertanya kenapa saya tidak
di hard news lagi, kenapa saya tidak berkutat dengan politik, kenapa saya
mengurusi hal yang dianggap "ringan," "hanya urusan senang
senang," "tidak berbobot," bahkan ada sebagian yang bilang
secara halus saya turun derajat dari seorang jurnalis hard news yang biasa
liputan politik, bencana dan kasus nasional, menjadi seorang blogger dan
traveler yang berbagi kisah di media sosial, internet dan majalah.
|
Beberapa tahun yang lalu saya berkutat dengan hard news |
Hmm, ini cerita yang panjang karena saya sekarang adalah
saya yang tidak pernah saya rencanakan sebelumnya. Saya sebelumnya adalah orang
yang apatis, sama sekali tidak nasionalis, menganggap Indonesia itu kacau
balau, ga bener, ancur, apalagi membandingkan dengan negara maju. Saya yang
setiap hari bergumul dengan berita politik, gerah dengan kelakuan politisi,
meski sebagian dari mereka ada yang sepertinya benar, namun jumlahnya sedikit
sekali.
Saya melihat kekacauan itu, memberitakannya, seringkali
berdiskusi tentang karut marut yang ada di negeri ini. Saya menikmati saat itu,
bagi saya pengalaman sebagai jurnalis yang paling berharga adalah dengan
menjadi jurnalis hard news, berhadapan langsung dengan kejadian dan kasus yang
jadi perhatian utama.
Kemudian, saya terpeleset ke dunia traveling. Kenapa saya
bilang terpeleset? Karena semuanya simply
tidak disengaja. Saya mulai dipinjam untuk membantu peliputan program
traveling, saya mulai berkeliling dengan sudut pandang yang baru, karena harus
menyuguhkan hasil program wisata.
Kemudian lagi, saya mulai merasa saya menikmati berkeliling,
semua bilang wajar karena biasa kerja hard news, tiba tiba program wisata tentu
terasa enak. Namun, yang saya sangat nikmati adalah perjalanan, interaksi,
bukan hanya destinasi.
|
view di Samosir ini bikin melongo kagum |
|
Bersama penduduk lokal di Wakatobi |
|
Rambut saya dibilang mirip ubur ubur :) |
Saya akhirnya dari terpeleset, menjadi benar benar masuk di
dunia traveling. Saya full time
didedikasikan untuk program travel. Saya ingat ada teman kantor yang bilang
"sayang skill kamu jadi ga dipake, hanya untuk program ha ha hi hi,"
ah namun saya tidak perduli, saya terlalu dibuai keasikan dunia baru ini dan
hanya tersenyum "I enjoy it so much,"
ujar saya kemudian.
Waktu berlalu dan kemudian saya mulai suka menulis, berbagi
cerita dan foto perjalanan saya. Saya kembali terbuai, saya mulai mengkhususkan
waktu untuk mengambil foto dan bercerita melalui tulisan.
|
Masuk pedalaman di Malinau, Kalimantan Timur |
|
Semangat mengambil gambar danau kaolin di Belitung |
|
Usai diving di Morotai, Maluku Utara |
|
Bersama penduduk lokal Jailolo, Halmahera Barat |
Ah, namun kadang beberapa hal yang kita sukai tidak dapat
dilakukan bersamaan. Saya akhirnya memutuskan berhenti dari media dimana saya
bekerja dan fokus menulis, fokus blogging, fokus bercerita mengenai perjalanan
saya.
Saya sangat menikmati berkeliling, menikmati interaksi
dengan masyarakat lokal, menikmati mencoba kuliner baru, menikmati momen saya
bengong sangking terpesonanya dengan keindahan satu lokasi, menikmati melihat
langit yang penuh bintang, menikmati keindahan laut yang membuat saya merasa
ada di dunia lain, dunia surreal yang
terlalu indah.
|
Kembali ke pedalaman Kalimantan, ini di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat |
Kini saya punya kacamata baru. Saya melihat Indonesia,
tempat saya berkeliling sebagai tempat yang sangat indah dan nyaman, saya masih
kesal lihat kelakuan aneh politisi, saya masih geleng geleng dengar penanganan
kasus yang penuh intrik, namun saya sadar Indonesia punya jauh lebih dari itu,
seburuk apapun karut marut yang ada, saat saya berkeliling mengeksplorasi
Indonesia, saya selalu bergumam "Indonesia itu indahnya keterlaluan"
Saya masih bukan orang nasionalis, saya bilang saya cinta
Indonesia karena keindahan alamnya, keragaman budaya, karena Indonesia memberi
saya pengalaman yang luar biasa. Bukannya saya tidak mau keliling keluar
negeri, saya pernah traveling keluar, tapi kok rasanya saya malah lebih suka
pengalaman saya berkeliling tanpa paspor ya, mungkin karena bawah lautnya,
mungkin karena sunsetnya, ah terlalu banyak hal.
Rambut saya masih dicat coklat, saya sering pakai softlens
biru, saya sering nulis campur bahasa inggris, saya bukan penggemar batik, saya
bukan sosok nasionalis. Saya hanya berkeliling Indonesia dan jatuh cinta, terus
menerus.
|
Belajar masak kuliner Bali |
Saya terlalu jatuh cinta, tidak perduli apa kata orang,
tidak perduli ini skill saya atau bukan.
When you're in love, you just willingly fall down into it. It's crazy but I
wanna be crazy forever, thanks to all those amazing beautiful experience,
scenery..everything. I realized that my shoes are for traveling, here..
Terimakasih Tuhan saya dibuat terpeleset, terimakasih alam Indonesia
sudah memberi saya kacamata baru, semoga kacamata ini bisa diduplikasi dan
dibagikan kepada yang ingin terpeleset seperti saya :)
@marischkaprue - with
or without shoes will walk and go traveling