Pages - Menu

17 April 2013

Snowplanet, My Learning Planet



Tinggal di negara tropis, salju adalah hal yang masuk kategori luxury bagi saya. Di Indonesia, kita harus mendaki gunung tertinggi di Timur Indonesia untuk merasakan salju. Saya ingat bermain ke mall terbesar di Bandung dan mereka menyajikan pameran salju selama satu bulan. Hasilnya? Ribuan orang datang ke ruangan yang bagi saya kurang besar untuk menghadirkan suasana bersalju selama sebulan, setiap hari lokasi itu padat sekali dan yang saya rasakan adalah berkumpul dengan jaket tebal di antara salju "dadakan." Bermain ski? Hmm sama sekali tidak bisa dilakukan disitu.

Pertemuan saya yang kedua dengan salju adalah di Eropa, tepatnya di Italia. Saya harus terbang belasan jam untuk merasakan untuk pertama kalinya butiran salju turun dan menempel di sarung tangan saya dan layaknya anak kecil, saya senang bukan main. Bermain ski? tidak juga saya lakukan saat itu karena lokasi tidak memungkinkan.

Saat saya datang ke New Zealand, salju sudah saya bayangkan. Tapi saya berpikir mesti berkendara berjam jam lamanya menuju area bersalju untuk pertama kalinya mencoba ski. Namun ternyata saya hanya perlu setengah jam saja untuk mulai meluncur di salju.

Jika melihat di peta, Silverdale, salah satu wilayah di sisi kota Auckland mungkin tampak jauh. Namun jangan bayangkan Jakarta yang perlu tenaga dan "mental tahan macet." Dari pusat kota Auckland saya melewati Auckland Harbour Bridge, masuk ke jalan tol dan hanya setengah jam saya sudah bisa turun dari mobil melihat bangunan besar memanjang di kontur yang miring. Ke arah belakang semakin tinggi dan anda akan langsung sadar mengapa saat melihat tulisan "Snowplanet"


Snowplanet adalah fasilitas ski dan snow boarding di dalam ruangan yang pertama di NewZealand. Bangunan ini memanjang 200 meter ke belakang dan lebar 30 meter dengan salju memenuhi bagian memanjang dan membukit di dalamnya.


"Have you ever experience snow?" ujar Justin, instruktur yang akan mengajarkan saya bermain ski. "Yes, but I never try skiing before," saya menjawab. "That's great," Justin justru semakin bersemangat dan menjelaskan satu persatu alat yang akan kami gunakan untuk bermain ski.

Saya mengencangkan sepatu ski yang menggenggam kuat kaki saya dan berjalan dengan canggung layaknya penguin yang saya tonton di tayangan dokumenter. Beberapa menit kemudian saya mulai bisa berjalan dengan lebih nyaman dan Justin menyodorkan papan panjang, ski, yang ternyata mengunci sepatu ski dengan hanya menekan bagian tumit. Bunyi "klak!" terdengar dan papan panjang itu sudah jadi bagian dari sepatu ski.

"Is it cold? Are you okay?," Justin memastikan saya siap untuk memulai belajar meluncur. Saya dibalut jaket dan celana tebal sehingga temperatur minus lima derajat celcius tidak masalah bagi saya. Sayapun mulai belajar jalan terlebih dahulu, belajar bergerak di dataran yang miring, hingga diajari meluncur.

Pertama kali meluncur saya terjatuh, namun terasa lembut di tengah salju. Saya kembali berdiri dan mencoba lagi. Percobaan selanjutnya saya masih terjatuh, selang beberapa detik dari jatuh saya melihat anak kecil meluncur dengan papan ski dengan begitu handalnya. Saya melihat sekeliling dan menikmati melihat banyak yang sudah sedemikian handal bermain ski, meluncur dari titik paling atas sambil terkadang bergerak ke kiri dan kanan, melompati semacam jembatan salju kecil dan mendarat mulus sambil terus meluncur dan berhenti dengan sempurna.

Bersama Justin, instruktur ski saya
Saya harus memulai dari titik bagi pemula, tempat yang dibelakangnya dipasang jaring pendek untuk menandai area inilah kami yang pemula bergerak, agar tidak mengganggu pergerakan yang lain. Saya melihat lagi ke kiri dan kanan, untuk menuju ke atas di dua tempat ada semacam crane untuk menarik pemain ski ke bagian paling atas, yang unik disini kita tidak perlu naik dan duduk, tali diikatkan ke kaitan di bagian perut dan pemain ski bisa meluncur ke atas pelan pelan dengan nyaman. Ah, betapa ingin saya mencoba ditarik seperti itu, namun saya mesti belajar ski terlebih dahulu.

My partner in travel, Ferry Rusli
Empat kali saya terjatuh di salju yang empuk dan empat kali pula saya mentertawakan diri saya. Di saat Ferry, partner saya sudah sedemikian mulus bergerak di atas papan ski, Justin masih berulang kali membantu saya berdiri setelah terjatuh. Akhirnya di percobaan kelima saya bisa bergerak mulus, meluncur dengan seru sambil memperhatikan kaki saya bergerak mulus di antara putihnya salju.

Saya langsung ketagihan dan meluncur berulang kali, kesenangan layaknya anak kecil, layaknya saya pertama kali melihat salju turun dari langit.

Di dinding kiri Snowplanet terdapat banner besar dengan foto pegunungan di Queenstown, wilayah di southern island New Zealand. Di foto itu ada tulisan "The only thing missing from this photo is you," Saya mendelik sambil berkata dalam hati "Yes Queenstown, saya akan meluncur disana tapi sabar menunggu saya belajar main ski dengan benar terlebih dahulu ya," kemudian saya meluncur, berhenti dengan sempurna dan memberi salam high five ke Justin sambil tertawa.

@marischkaprue - think she can be a good friend of snow

As Published on Wego Indonesia


NOTES:
  • Alamat Snowplanet di 91, Small Road, Silverdale, Auckland 0992, hanya 30 menit berkendara dari pusat kota Auckland.
  • Harga masuk dan menikmati fasilitas di Snowplanet: Paket 2 jam yaitu 34 NZD (Dollar New Zealand) untuk anak anak, 44 NZD untuk dewasa; Paket 4 jam yaitu 37 NZD untuk anak anak, 47 NZD untuk dewasa.
  • Jika ingin harga lebih murah bisa datang di hari Senin hingga Jumat khusus di pukul 10 pagi hingga 6 sore waktu setempat, di saat tersebut Paket 2 jam seharga 29 NZD untuk anak anak dan 39 NZD untuk dewasa.
  • Ada tambahan harga lagi untuk sewa alat, cek tarif rental alat selengkapnya disini.
  • Info lebih lengkap tentang apa saja yang bisa dinikmati di New Zealand, cek disini.

RELATED STORIES:

3 komentar:

  1. waaah prueee ...seneng deh baca cerita2nya. Ditunggu cerita yang lainnya yaaa ..

    BalasHapus
  2. Thanks Mayya, tunggu cerita2 lain ya :D

    BalasHapus
  3. yess Prue, you should come again to New zealand and visit Queenstown, city of adrenaline junkie, dan serasa ada di lukisan cat air yang indah. queenstown pernah di bahas di Kompas dan ada quote dari John Travolta, katanya Tuhan pasti sedang tersenyum ketika menciptakan Queenstown...hehe lebay? yaaa gak juga sih saking cantiknya kotanya :)

    BalasHapus