Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Tampilkan postingan dengan label kalimantan timur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kalimantan timur. Tampilkan semua postingan

19 Oktober 2013

, , , , , , ,

Taman Bawah Laut Maratua Reef



Derawan bukan hanya penyu, manta dan barracuda. Bagi saya yang sampai sekarang masih mencintai indahnya warna warni koral dan topografi yang tertutup "taman" bawah laut, ini adalah tempatnya.

Derawan is not only about sea turtles, manta rays and barracudas. For people like me who still love the beauty of colorful corals and the underwater world covered with "garden," this is the place.

Plunge into the blue water
Beautiful reefs in maratua

Maratua reef, sesuai namanya, terletak dekat dengan Pulau Maratua di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Hanya perlu naik kapal sekitar 7 menit untuk sampai ke lokasi dimana anda dapat menceburkan diri ke birunya laut dan menikmati taman surgawi bawah laut.

Just like the name itself, maratua reef is a diving spot located near Maratua Island in Derawan Islands, East Borneo. It only took 7 minutes boat ride to get into the spot where you can plunge yourself into the blue sea and enjoy the heavenly underwater garden.

So many pyramid butterflyfish around the corals
Bleeker's parrotfish
Paddletail snapper
A couple of fire dartfish
Dengan kedalaman maksimal penyelaman hingga 18 meter, topografi koral terbaik berada di sekitar 10 meter dan area yang lebih dekat dengan permukaan. Disini cahaya matahari masuk dan membuat semua warna koral terlihat jelas, menyinari ikan laut yang berwarna warni dan membuat saya tersenyum senang mengambil semua foto ini.

With maximum depth of dive up to 59 feetyou'll find best view around 32 feet or even near the surface. Here's the sunlight gets inside the blue water and brings out the best color of corals and marine animals. Fishes with bright colors and corals makes me smile while taking all these photos.

It's getting more and more crowded near the surface
Really love seeing group of purple anthias everywhere
Arus di maratua reef cenderung tenang, namun anda harus menyelam di waktu yang tepat, sesuai musim. Saat arus bersahabat dan matahari bersinar, inilah saat menikmati taman di maratua reef. So, enjoy it!

The currents in maratua reef tend to be calm as long as you dive at the right time which will depend on the season.  When the sea is calm and the sun is bright, it's time to enjoy the beautiful garden in maratua reef. So, enjoy it!

@marischkaprue - enjoy moments in the underwater garden

RELATED STORIES:
DIVING SPOTS IN DERAWAN ISLANDS:

28 Agustus 2013

, , , , , , , ,

Sunset di Bohe Silian



Terkadang beberapa tempat ditemukan tidak sengaja. Kadang kita berjalan menuju satu lokasi, tujuan kita, namun di tengah jalan kita berhenti karena menemukan sesuatu dan akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi yang bukan tujuan utama kita sebelumnya.

Sometimes we found some places accidentally. Sometimes when we walk to one location, on the way we stop because we found something interesting and eventually spend more time in a location that is not our primary goal earlier.



Jembatan ini adalah penghubung di Pulau Maratua, dari perjalanan saya dari Desa Payung Payung menuju Bohe Silian, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Tidak jauh dari Desa Bohe Silian, lokasi ini ternyata adalah tempat yang indah untuk menyaksikan momen kesukaan saya, sunset.

This bridge connects some areas in Maratua, in my journey from the Payung Payung village to Bohe Silian. Not far from the Bohe Silian village, the location turned out to be a wonderful place to watch my favorite moment, sunset.


So enjoy the photos from this place I found unintentionally :)

@marischkaprue - found a lot of things, people and stories in the middle of her trips

NOTES:
  • This bridge located in Maratua Island, you'll have to cross the bridge if you want to go to Bohe Silian from Payung Payung Village.
  • Come here during sunset and the view is quite astonishing :)
RELATED STORIES:

Met this bunch of local kids in the bridge, and also Lawing (on the left), the one from Dayak Village, Tumbit.

31 Juli 2013

, , , , , , , , ,

Melihat Penyu Bertelur di Pulau Sangalaki



Saya sudah pernah bercerita tentang melepas tukik dan bagaimana kondisi populasi penyu saat ini terancam. Ada yang bilang, jika ingin mencintai alam maka kita mesti melihat dengan mata sendiri, mendengar dengan telinga sendiri dan menyaksikan apa yang alam ini miliki untuk kita.

I've share stories about releasing juvenile sea turtle and how sea turtle population are in danger. Some say, if you want to love nature then we must see with our own eyes, hear with our own ears and see what nature have for us.


Its always great to meet sea turtle in their natural habitat
Melihat penyu bertelur adalah pengalaman yang seru, sekaligus membuat kita berpikir tentang betapa mengagumkannya alam. Betapa siklus hidup dan putaran alami kehidupan untuk menjaga spesies tetap ada.

See turtle lay their eggs is an exciting experience, also make us think about how incredible nature is. How life cycle works to keep the species exist.

The Sangalaki Island
Sea turtle in Derawan Islands area
Di Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan ada lokasi yang pada masa masa tertentu selalu didatangi penyu, terutama penyu hijau, untuk bertelur. Pulau Sangalaki ini masuk area konservasi sehingga tidak ada penduduk di pulau ini. Hanya ada pos petugas penjaga dan beberapa unit resort yang terbilang baru.

On Sangalaki Island in the Derawan Islands, East Borneo, there is a location which always visited by sea turtles during a particular period of time, especially green sea turtles to lay their eggs. This island is in the conservation area so there is no local residents, only a small conservation building and a few new resorts for tourist.

The clear water in Sangalaki area
Bahkan, di Pulau Sangalaki tidak ada dermaga, kapal hanya dirapatkan di dekat batas air. Perairan di area Sangalaki pun sangat jernih. Saya ingat tiba di pulau ini pada malam hari dan terkesima dengan betapa beningnya air saat saya menyorotkan cahaya senter ke laut.

In fact, in Sangalaki you can't find any pier for boat. To get into this island, the boat will stand a position near the land. This island is still so natural. I remember arriving at the island at night and was struck by how clear the water is when I set my flashlight to the sea.

Namun tentu saja pesona utama Pulau Sangalaki adalah datangnya penyu untuk melangsungkan kehidupan generasi mereka di masa mendatang. Puncak penyu bertelur di Pulau Sangalaki adalah di bulan Agustus. "Sehari bisa sampai seratus penyu naik ke pulau ini," ujar Pak Lipu, penjaga pos dan petugas konservasi di Pulau Sangalaki. Saya tidak dapat membayangkan di pulau sekecil ini seratus penyu berbondong bondong bertelur. Ah, well, sometimes you gotta see it to believe it don't you?

But of course the main charm of this Island is when sea turtles came to keep their generations exist. The peak season for turtles is during August. "It might be hundred of sea turtle came every night during the peak season," said Mr. Lipu, a conservation officer works in Sangalaki. I can't even imagine in such small island a hundred turtles laying eggs. Oh, well, sometimes you gotta see it to believe it do not you?
 
Kami pun masuk ke area pos dan melihat ratusan tukik - anak penyu - di beberapa ember besar. "Mereka kami lepas besok," ujar Pak Lipu lagi. Saya bersemangat karena melepas tukik selalu jadi momen menyenangkan, tanpa saya sadari ada hal yang jauh lebih menyenangkan menanti saya.
 
We went into the post area and see hundreds of hatchlings - baby sea turtles - in a big bucket. "We will release them tomorrow" said Mr. Lipu again. I'm always excited to release sea turtle hatch lings, such a fun moments, before I know there is something even more fun awaits me.

Doing a bit of sand bath after spawning
Malam hari sekitar pukul 10 malam Pak Lipu memanggil kami. Saya dan teman teman membawa senter dan bergegas keluar pos. Saya mengikuti Pak Lipu yang berjalan sangat cepat. "Yang ini sudah selesai bertelur," ujar Pak Lipu sambil memberi kode bahwa kami boleh mendekat dan menyalakan senter.

Around 10 pm at night Mr. Lipu called us. We brought flashlight and hurried out. I followed Mr. Lipu who walk very fast. "This one already done laying eggs," said Mr. Lipu while giving a code that we could approach and turned on the flashlight.

Sea turtle in a sand hole :)
Penyu sensitif dalam memilih tempat bertelur. Jika ia melihat cahaya dan gangguan sebelum ia mulai bertelur maka penyu itu akan pergi kembali ke laut dan menunggu waktu lain untuk bertelur. Namun, saat penyu sudah mulai bertelur, kita dapat mendekat dan mengamati langsung.

A sea turtle is very sensitive in choosing where to lay their eggs. If it sees a light or got disturbed, the sea turtle will go back to the sea without laying some eggs and wait for another time to spawn. However, when it already start spawning we can get closer and observes directly.

Penyu yang kami temui pertama kali sudah selesai bertelur. Penyu ini sedang "mandi pasir," yaitu melempar lemparkan pasir hingga sebagian pasir menutupi tempurungnya. Setelah beristirahat penyu ini akan kembali ke laut sambil meninggalkan jejak seperti kendaraan tank mini di pasir.
 
The sea turtles we encountered the first time already done spawning. When we came she's doing some "sand bath," throwing sands until some of its shells are covered with sand. Then, after resting a while, the sea turtles return to the sea and leaving a trail like a mini tank vehicle pass through the sand.
 
Beberapa kali kami menemukan penyu yang sudah selesai bertelur. Hingga belasan penyu yang kami temukan, saya mulai berpikir mungkin belum jodoh untuk melihat penyu bertelur karena semuanya sudah selesai dan sedang mandi pasir. Namun, tiba tiba Pak Lipu memanggil lagi, kali ini ia menemukan penyu yang sedang bertelur. Saya langsung berlari tidak mau saat saya datang ternyata sudah selesai.
 
Several times we found the sea turtle already finished laying eggs. Until up to a dozen turtle that we found, I started to think maybe its not my lucky day to see sea turtles laying eggs. Suddenly, Mr. Lipu called again, this time he found the turtle still laying some eggs. I immediately ran since I don't want to miss the moments.


Penyu hijau yang kami temukan ini masih bertelur. Ia membuat lubang dengan kedalaman sekitar 60 sentimeter dan bertelur perlahan. Kami memperhatikan dari bagian belakang dan melihat telur keluar satu persatu, sangat seru :)

Then I saw it, a sea turtle laying eggs. She made a 60 centimeters deep hole and spawn slowly. We watched from the back and saw the eggs came out one by one, very exciting :)

Sambil bertelur penyu ini juga mendengus mengeluarkan napas seperti kelelahan. Dari matanya juga keluar air, seakan akan menangis, tapi bukan seperti manusia ia menangis. Penyu memiliki kelenjar yang bermuara ke mata mereka. Kelenjar ini membantu mengeluarkan garam yang terkumpul saat penyu berada di laut, dan saat di darat, air dengan kadar garam yang keluar ini juga membantu menahan agar pasir tidak masuk ke mata penyu.

During spawning, the sea turtle exhale and sound like she's so tired. Also, water came out from its eyes. But unlike humans, these sea turtles "cry" to get the salt out of their body. Sea turtle have glands that connects to their eyes. They remove the salt which been accumulate during their time in the sea by "crying." Also this thing keeps the sand from getting into their eyes.

Penyu termasuk binatang yang lama mencapai taraf dewasa secara seksual, di usia 30 hingga 50 tahun baru penyu bisa bertelur. Siklus bertelur penyu juga sekitar 2 hingga 8 tahun sekali, namun dalam masa tersebut ia dapat bertelur 6 kali dalam rentang waktu 3 bulan.

Turtles are old mature. they reach sexual maturity at the age of 30 to 50 years. Their spawning cycle also every 2 to 8 years. But during each spawning time, a sea turtle can spawn 6 times in a period of 3 months.

Setiap bertelur penyu bisa mengeluarkan 100 hingga 130 butir telur, namun secara alami yang dapat bertahan hingga ke laut hanya belasan tukik saja, yang kemudian dengan seleksi alam akan berkurang lagi di lautan lepas

Each time it spawn, a sea turtle can pull 100 to 130 eggs, but naturally only a dozen that will last into the sea, then the number will reduced again by natural selection on the sea.

a gentle touch after she laid some eggs
Predator tukik beragam mulai dari burung, kepiting, tikus, ikan besar di lautan dan tentu saja predator yang paling mengancam populasi penyu adalah manusia. I hope by seeing how they lay their eggs and how amazing nature is, you'll have a bit of love for them, dan menyadari bahwa rasa telur penyu atau daging penyu tidak sepadan dengan mengancam populasi mereka.

The predators are vary, from birds, crabs, rats, large fish in the oceans and of course the most threatening predator is us, humans. I hope by seeing how they lay their eggs and how amazing nature is, you'll have a bit of love for them, and realize that the taste of turtle eggs or turtle meat is not worth compare to how it would thread their population.


@marischkaprue - love diving with sea turtles

NOTES: 

WHERE
Pulau Sangalaki terletak di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur
Sangalaki Island
located in Derawan Islands, East Kalimantan

HOW TO GET THERE
Ada dua cara akses ke Derawan, pertama ke Balikpapan terlebih dahulu, kemudian mengambil penerbangan lanjutan ke Berau atau ke Tarakan. Kemudian dari Tarakan atau Berau ke Kepulauan Derawan dengan menggunakan speed boat.  
There are two ways to access Derawan, first to Balikpapan first, then take connecting flight to Berau or Tarakan. Then from Tarakan or Berau to Derawan Islands by speed boat 

STAY
Ada beberapa opsi penginapan: di Pulau Derawan, Pulau Maratua, atau bahkan di Pulau Sangalaki 
Sangalaki Resort
Rate: Rp. 1,2 juta/ person/ night
Informasi & booking: +628521238070/ +6255132866
email: admin@sangalakiresort.net 
    RELATED STORIES:
    FROM DERAWAN ISLANDS: 

    22 Februari 2013

    , , , , , , , , , ,

    Apau Ping, Desa Kecil di Pedalaman Kalimantan



    Apa yang anda bayangkan saat mendengar kata desa di pedalaman? terbelakang, tanpa fasilitas, bentukan rumah tanpa kasur? Terkadang kita yang sudah dibuai fasilitas kota besar memandang pedalaman sebagai tempat yang tidak menyenangkan, harus hidup "sulit" dan sebagainya.

    Tapi justru, di pedalaman inilah saya menemukan kesenangan, sensasi yang membuat saya ingin kembali dan kembali lagi. Dan, apa benar pedalaman itu terbelakang? I'm sharing the story, as you read it now..

    Lokasi yang saya datangi adalah Desa Apau Ping, yang ada di Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau. Untuk sampai ke Apau Ping, layaknya pedalaman, perlu upaya dan perjalanan panjang
    Dari Tarakan ke Kota Malinau mesti ditimbang sebelum naik pesawat
    Berat badan juga ditimbang sebelum naik pesawat Pilatus Porter
    Pilatus Porter kapasitas maksimal hanya 800 kg saja.
    Jika rutenya dijelaskan secara singkat, saya dari Jakarta naik pesawat ke Balikpapan, melanjutkan penerbangan ke Tarakan, lanjut lagi penerbangan ke Kota Malinau. Tapi ini belum selesai, masih ada satu penerbangan lagi, dengan pesawat yang lebih kecil dari Kota Malinau untuk sampai ke Kecamatan Bahau Hulu.
    Lapangan udara di Bahau Hulu
    Penerbangan dari Kota Malinau ke Bahau Hulu hanya dapat dilakukan dengan pesawat berkapasitas 9 penumpang. Pilatus Porter nama pesawat baling baling yang membawa kami mendarat di landasan tanah beralaskan rumput, banyak cerita pesawat yang tergelincir karena medan yang sulit, namun saat penerbangan semuanya berjalan dengan mulus dan menyenangkan, bahkan saya menikmati melihat hutan Kalimantan dari pesawat.

    Nah, dari landasan inilah, perjalanan sesungguhnya dimulai. Kami menggunakan ketinting, sebutan untuk perahu kayu berukuran kecil dan memanjang yang menjadi satu satunya moda transportasi menuju pedalaman di Malinau. Area Bahau Hulu masih berupa hutan luas, sehingga satu satunya cara transportasi adalah menyusuri sungai Bahau dengan ketinting.

    Di Perjalanan, melewati bebatuan :)
    Menyusuri sungai Bahau

    Saat melewati jeram
    Perlu waktu berjam jam menuju ke Desa Apau Ping, perjalanan juga dilakukan dengan berulang kali naik turun ketinting, karena disaat melewati jeram kami harus turun dan berjalan melewati bebatuan, kemudian ketinting akan ditarik oleh orang lokal yang jadi pengemudi dan juru batu kapal.

    Melewati hutan tidak tersentuh di pedalaman Kalimantan ini benar benar menyenangkan, rasanya tenang, damai, tanpa sinyal, tanpa keributan. Saya benar benar merasa berada-entah-dimana-namun-tidak-perduli, saya sangat menikmati melihat lihat sekeliling dan sensasi dikelilingi pepohonan rimbun sambil menyusuri sungai.

    Penduduk Desa Apau Ping
    Ini cara tradisional menggendong bayi di Bahau Hulu :)
    Apau Ping berjarak tiga jam perjalanan dari landasan udara di Bahau Hulu. Jauh dari kota besar, kehidupan di desa ini cukup sulit, meski tenang. "Harga bahan bakar 20 ribu per liter," ujar Yusuf Apoe, kepala Desa Apau Ping.

    Bahan bakar ini penting bagi desa karena untuk transportasi mereka menggunakan bahan bakar untuk ketinting, juga untuk listrik yang hanya dinyalakan dari jam 7 malam hingga jam 6 pagi. "Dulu masyarakat sini banyak yang pindah ke Malaysia," tambah Yusuf Apoe. Lokasi Apau Ping memang berbatasan dengan Malaysia. Dahulu banyak warga desa yang berjalan berhari hari melewati hutan untuk sampai dan menetap di Malaysia.

    Saat ini warga yang tersisa berupaya bertahan, sebagian membuat kerajinan yang dijual ke Bahau Hulu, sementara kebutuhan sehari hari didapat dari bercocok tanam.

    Yusuf Apoe menjelaskan pada saya sulitnya hidup di pedalaman dengan akses transportasi yang hanya satu, ketinting. Namun ia kemudian menegaskan pada saya, bahwa masyarakat disini bahagia, cuma ia menitip satu hal, agar dibuatkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), ujarnya berharap ada bantuan dari pemerintah.

    Meski bercerita tentang kesulitan di desa, Yusuf Apoe langsung mengantar kami ke lapangan tengah di desa, dimana tarian masyarakat dengan baju adat Dayak menari menyambut kami.



    Bersama warga Dayak Kenyah
    "Ini tarian tunggal, kami dayak Kenyah lakukan ini biasanya untuk pesta syukuran nama anak, dimana bapak dan ibu menari," ujarnya menjelaskan. Tarian semacam ini sekarang tidak hanya untuk pesta syukuran saja, namun selalu dilakukan saat hari besar ataupun saat menyambut tamu.

    Yang menarik tidak hanya tarian adat, ataupun pakaian suku dayak. Alat musiknya pun tradisional dan semuanya dibuat sendiri. Kemudian ada satu hal lagi yang mengusik saya, anting anting tradisional suku dayak Kenyah diikatkan ke tali rafia, tidak lagi ke telinga mereka. Saya memperhatikan bahwa tradisi memasang anting hingga membuat telinga mereka panjang sudah tidak ada lagi. "Dahulu kami dapat penyuluhan, bahwa itu (telinga panjang) tidak baik," ujar kepala desa. Saya kemudian menyadari bahwa banyak perempuan dayak yang berumur telinganya sudah dipotong, telinga mereka yang sebelumnya panjang karena anting anting dianggap tidak baik dan dipotong agar ukurannya kembali terlihat normal.

    Warga desa tertawa melihat tingkah laku kami
    Saya dengan baju adat dayak Kenyah, cocok tidak? :)
    Kami diajak ikut menari, kemudian berfoto bersama. Masyarakat Desa Apau Ping tertawa melihat saya dan teman teman berinteraksi dengan mereka. Tawa bahagia dan hidup yang sederhana, maybe I should learn a lot from them, sincerity, that no matter where you came from, no matter how difficult their life might seems, but open hand and hospitality are everywhere in this country.

    @marischkaprue - constant traveler

    Photos by Reno Permana