Hari masih gelap. Waktu menunjukkan pukul 3 subuh, kami
bergerak dari Wamena dengan kendaraan 4 wheel drive menuju lokasi danau dengan pemandangan yang selalu disebut sebut
spektakuler.
It was still dark. At 3 am in the morning, we moved from Wamena with 4 wheel drive vehicle to the location where a so called beautiful lake been described over and over again as a spectacular view.
Dua jam lebih berkendara, perut kami diaduk terus menerus sejak melewati Sinama dan area Napua, jalanan aspal berubah menjadi jalanan yang hanya terbentuk dari hamparan kerikil dan batu, serta kontur yang tidak beraturan.
Dua jam lebih berkendara, perut kami diaduk terus menerus sejak melewati Sinama dan area Napua, jalanan aspal berubah menjadi jalanan yang hanya terbentuk dari hamparan kerikil dan batu, serta kontur yang tidak beraturan.
On our two hours drive, the paved road ends after Sinama and Napua, the road began more shaky, only formed by stretch of gravel and stones and different contours, It felt like being in a blender, shaken all the time.
Suasana masih gelap sehingga kami tidak dapat melihat
sekeliling, hanya sorotan lampu mobil yang menerangi jalanan. Mendekati
terbitnya matahari kami sampai di salah satu titik yang terbaik untuk
memperhatikan Danau Habema. Saya turun dari mobil dan langsung disambut dingin
yang menusuk. Meski sudah dibalut jaket berlapis, sarung tangan, wind breaker,
saya masih menggigil. Suhu rata rata pada pagi dan malam hari di Habema sekitar
8 derajat celcius, membuat saya yang terbiasa dengan udara panas Jakarta sontak
kedinginan.
It was so dark that we can't look around, just beam headlights illuminate the road. Then, nearly sunrise we got one of the best place to observe Habema lake. I got out of the car and was immediately freezing. Though I've prepared padded jackets, gloves and wind breaker, I was still shivering. Average temperature in the morning and evening at Habema around 8 degrees Celsius, which makes me who familiar with Jakarta's weather hard to adapt.
Semburat pagi di Danau Habema |
Puncak Trikora setinggi 4.750 mdpl terlihat jelas |
Pagi itu gerimis turun perlahan, menambah dingin dan menutup
semburat matahari yang terbit. Kami saat itu ada di ketinggian sekitar 3.300 meter di
atas permukaan laut, kemudian tidak lama cuaca seakan langsung menyambut kami.
Matahari semakin bersinar dan kami dapat melihat jelas Danau Habema, dengan
puncak gunung Trikora yang diliputi salju.
The morning drizzle rain came slowly, adding a tinge of cold and made the rising sun blurry. We were at an altitude of about 3,300 meters above sea level, then not long the weather seems suddenly welcoming us friendly. The sun suddenly shine so we can see Habema lake clearly, with the background of mountain peaks, covered with snow, the Trikora mountain.
Danau Habema berada di ketinggian 3.125 mdp. Sebagian menyebut danau ini ada di ketinggian 3.225 mdpl namun dari pengukuran, batas air Danau Habema ada di ketinggian yang berselisih 100 mdpl dengan keterangan di papan.
Danau Habema berada di ketinggian 3.125 mdp. Sebagian menyebut danau ini ada di ketinggian 3.225 mdpl namun dari pengukuran, batas air Danau Habema ada di ketinggian yang berselisih 100 mdpl dengan keterangan di papan.
Habema Lake located at an altitude of 3,125 meters above sea level. Some say this lake at a height of 3,225 meters above sea level, but from the measurements, Habema Lake watershed at an altitude of 3,125 meters above sea level which is at different with the statement on the board.
Dahulu danau ini disebut Yuginopa, sebagian penduduk masih
menyebut danau ini dengan nama asalnya. Nama Habema kemudian muncul dari nama
seorang perwira dari Belanda, Letnan D Habbema. Ia mengawali ekspedisi yang
dipimpin H.A Lorentz di kawasan tersebut pada tahun 1909. Dari Lorentz dan
Habbema maka beberapa lokasi mendapat nama mereka. Danau Habema berada di area
Taman Nasional Lorentz, dengan luas 2,4 juta hektar area.
The lake formerly called Yuginopa, most people still call it by the native name of this lake. term "Habema" then appeared from the name of a Dutch officer, Lieutenant D Habbema. He started the expedition led by HA Lorentz in the region in 1909. From Lorentz and Habbema then some locations got their names. Habema lake are in the Lorentz National Park area, which spread around 2.4 million hectare area.
Area ini adalah lokasi yang spektakuler, dengan landscape
Papua dan vegetasi yang sangat beragam. Dahulu di area Danau Habema banyak
terdapat anggrek hitam yang langka. Saat ini sudah sangat sulit menemui tanaman
ini akibat eksploitasi ilegal yang membawa anggrek anggrek ini ke kota kota
besar di Indonesia untuk dijual.
This area has a spectacular view, with Papua landscape and very diverse vegetation. Long time ago in the area of Lake Habema we can find many rare black orchid. It's been very difficult to meet this crop due to the illegal exploitation of orchids for commercial use.
Meski Habema dikatakan telah berubah jauh sejak 104 tahun
lalu kala H.A Lorentz memulai ekspedisinya di area Jayawijaya, Papua, landscape
Danau Habema tetap spektakuler bagi saya. Rentangan danau biru pekat seluas 224
hektar dengan salju abadi yang menutupi puncak Trikora adalah berlian di mata
pecinta alam dan ekspedisi.
Although Habema said to have changed a lot since 104 years ago when HA Lorentz start his expedition in the area of Jayawijaya, Papua, the Habema landscape still amazed me. Range of deep blue lake covering 224 acres with perennial snow covered the Trikora peaks is a diamond in the eyes of nature and expedition lovers.
Saya sempat terperosok ke lumpur |
Saat matahari semakin naik, suhu pun semakin bersahabat.
Saya dan tim dari Jelajah Bumi Papua kemudian bergerak dengan mobil ke titik
3.225 mdpl untuk memulai trekking menurun ke arah danau. Area ini dipenuhi
padang rumput dan rawa rawa. Ketinggian dan suhu dingin membuat lumut
berkembang baik di area ini, beberapa kali kami harus memilih dengan seksama
jalur berjalan agar tidak terperosok di lumpur.
When the sun reach higher, the temperature became more friendly. Me and Jelajah Bumi Papua (Papua Exploration Team, presented by Adira) team then drove to the 3,225 meters above sea level point to start trekking down to the lake. This area is filled by meadow and swamp marsh. Altitude and cold temperatures make moss grow well in this area, even sometimes we have to choose carefully to avoid stepping into mud hole.
Namun semua itu terbayar dengan cepat. Di pos terakhir tepat
di depan Danau Habema kami mendapatkan pemandangan luas, dengan biru kontras
dari danau, langit dan putihnya awan, ditambah pepohonan di sekitar danau. A magnificent God's creation.
But every effort is worth. On the last rest hut, Habema lake lies in front of us. We got dazing view to the lake. It is so beautiful. A contrast of blue lake, blue skies, white clouds and the green brown trees surround the lake. A magnificent God's creation.
This is one of the
place that time stood still, and you'll realize how small you are, and how great
is His creation..
@marischkaprue - Will be on top of Trikora mountain, one day
and someday.
All photos, except (7) and (13) are taken by Samsung NX 300.
See also the video from this trip, here:
NOTES:
- Siapkan baju hangat jika ingin berkunjung ke Danau Habema. Jaket, Wind Breaker, Sarung Tangan dan trekking pole jika diperlukan.
- Waktu menuju Danau Habema dari Wamena sekitar 2 jam berkendara dengan kendaraan 4 wheel drive.
- Untuk perjalanan serupa dapat menghubungi Putra Papua Tours, harga dapat bervariasi tergantung kebutuhan lama perjalanan dan pilihan paket wisata, hubungi +62 96931540 atau +62 96931900 untuk keterangan harga dan bookings.
- Menuju ke Wamena, ambil penerbangan menuju Jayapura dan dilanjut dengan penerbangan dengan pesawat Trigana menuju Wamena dengan harga rata rata Rp. 900.000,- di saat low season.
- Thanks to Adira Faces of Indonesia dan semua tim Jelajah Bumi Papua. Anda dapat melihat cerita cerita dari seluruh Indonesia di website Adira FOI disini.