There's something about Kimono and me. Saya selalu suka dengan kimono, baik bentuk dan pola, hingga
motif kimono (atau yukata) yang bervariasi. Bahkan di perjalanan saya di Jepang
sebelumnya, saya khusus mencari kimono (yes, meskipun entah kapan saya akan
memakainya) untuk dibawa pulang.
There’s something about Kimono and
me. I always love kimono, not only the design but also the various patterns of kimono or
yukata. On my previous trip to Japan, I even made a special time on my schedule
for kimono-hunting (yes, though I had no idea about wearing it) to take it
home.
Mungkin karena saya tumbuh dengan
ditemani banyak kartun Jepang yang mengenalkan budaya Jepang sehingga banyak
hal-hal yang menempel di benak saya, termasuk pakaian khas Jepang ini.
Growing up with those Japanese
cartoons included the culture in my daily life, made me keep all in my memory,
also this Japanese traditional
clothes.
Kyoto adalah salah satu kota
dimana dengan mudah kita dapat berpapasan dengan orang-orang yang mengenakan
kimono, baik itu warga lokal Kyoto, turis domestik Jepang maupun turis
mancanegara yang membeli atau menyewa kimono.
Kyoto is a city where we easily
could see people wearing kimono, either the local people of Kyoto or Japanese domestic and foreign tourists
who buy or rent kimono.
Untuk pengalaman yang berbeda saya
mencoba kimono experience yang
digabung dengan upacara minum teh ala Jepang di Wak Japan yang berada di daerah
dekat Karasuma Oike. Di sini kita dapat mencoba menggunakan kimono yang kita
pilih sendiri dan langsung ikut dalam upacara minum teh tradisional.
For the
sake of having a new thing, I tried kimono experience which combined with traditional
tea ceremony of Japan at Wak Japan, located near the Karasuma Oike area. Here we could try to
wear kimono that chosen by ourselves and join the traditional tea
ceremony.
Kimono yang ada ternyata sebagian
besar merupakan koleksi pribadi Mieko Nomura, pemilik Wak Japan. "Ini
diturunkan dari nenek saya langsung," ujar Mieko menunjuk koleksi
kebanggaannya. "Kimono asli berbeda dari segi bahan, pola maupun motif,
sekali melihat saya bisa langsung tahu kimono asli atau buatan Cina," ujar
Mieko menambahkan. Rupanya kimono kw juga menginvasi Jepang :)
Most of
kimonos are private collection of Mieko Nomura, owner of Wak Japan. “All of these are the
heritage from my grandmother,” Mieko showed her collection proudly. “What makes
the original kimono is different are the material, pattern, and design. In a
blink of eye, I can tell which one is original or made in China. “ added Mieko.
Apparently, dummy kimono also hit Japan :)
Saya memilih kimono biru dengan motif mencolok dan memadukannya dengan obi (semacam belt yang cukup lebar) berwarna merah. Rupanya memakai kimono tidak sederhana. Kita harus menggunakan kain dalaman, memasang dengan benar dan mengikatnya, baru kemudian dilapis dengan kimono dan obi. Rambut saya pun disanggul sederhana agar cocok dengan kimono yang saya kenakan.
I chose
blue kimono with a contrast pattern and added a red obi (kind of a big belt).
Wearing kimono was not that simple. We had to wear an inner clothes properly
and tied it up, then covered it with kimono and obi. I also had my hair in a
simple bun to make it match with my kimono.
Jika sudah terbiasa dengan pakaian modern, menggunakan kimono tidak terasa nyaman. Selain cukup berat, kimono dipasang sangat ketat dengan badan, terutama di bagian obi. Berjalan dengan kimono pun harus pelan-pelan jika belum terbiasa.
Those
who are used to wearing modern clothes, surely would feel uncomfy with kimono because besides quite heavy, kimono was fitted so tight to our
body, especially the obi. For newbie, walking with kimono also should be slowly
and carefully.
Dengan memakai kimono, saya kemudian ikut upacara minum teh di ruangan tradisional Jepang dengan sekat-sekat pintu dan jendela yang terbuat dari kertas di depan taman yang menyenangkan. Dalam upacara minum teh seharusnya kami duduk bersila, namun karena kebanyakan turis tidak kuat duduk dengan posisi sila menggunakan kimono yang sangat ketat, mereka menyediakan kursi kecil untuk kami duduk selama upacara minum teh.
By wearing kimono, I joined tea
ceremony in Japanese traditional room, which the partitions of door and window
are made of paper, in front of a nice park. In the tea ceremony, we should sit
in cross-legged position, but since most of the tourists can’t stand with that,
due to the tight kimono, so they let us use a stool to sit during the tea
ceremony.
Selain sejarah teh di Jepang, saya jadi tahu beberapa hal menarik saat upacara minum teh ini seperti gelas yang harus diputar setelah dituang, agar motif dalam gelas menghadap tamu, ini dilakukan untuk menghargai tamu yang akan meminum teh.
Not only about the tea history in
Japan, but I also got some interesting knowledge while having tea ceremony,
like a glass should be turned after filling so that the pattern inside the glass
could face the guest, in order to respect the guest who was going to drink the
tea.
Selain itu, bagi mereka yang
menjadi tamu juga ada aturan tata krama, yaitu menyeruput teh dengan suara
keras saat menghabiskan sisa teh. Tujuannya untuk memperlihatkan bahwa kita
menyukai rasa teh yang disajikan. Hal yang unik karena di banyak negara lain,
menyeruput dengan suara keras justru dianggap tidak sopan.
For the guests, there was also a
rule concerning to the manners, which was sipping the tea loudly till the last
sip. It was to tell them that we like the taste of the tea. Surely such a unique
way to tell, since in many countries sipping loudly can be mistaken as a rude
thing.
One thing I learn is things is not as simple as it may look and
may not as comfortable as it might seems. But still, you gotta try the kimono
and take some shots as a souvenir :)
@marischkaprue - she's more of a coffee person but won't say no to a nice ocha
@marischkaprue - she's more of a coffee person but won't say no to a nice ocha
NOTES
WHERE
Wak Japan, 761 Tenshu-cho,
Nakagyo-ku, Kyoto 604-0812. T: 81(0)75-212-9993, email: welcome@wakjapan.com
HOW TO GET THERE
Stasiun terdekat adalah Karasuma Oike Station (Karasuma Line, Tozai Line) atau
Marutamachi Station (Karasuma Line), bisa dilanjut dengan berjalan kaki atau naik taksi (¥700 - ¥800)
The nearest station is Karasuma
Oike Station (Karasuma Line, Tozai Line) or Marutamachi Station (Karasuma
Line), then taking a walk or get a cab (¥700-¥800)
PRICE
¥7.800 per orang, jika
peserta dua orang atau lebih menjadi ¥5.800 per orang. Booking minimal satu
hari sebelum melalui email atau telp.
¥7.800 per one person. Two persons
or more, the price becomes ¥5.800 per one person.
Kindly have a booking in advance,
at least one day, by email or phone.
Durasi/ Duration: 1 jam/ 1 hour
OTHER WAK JAPAN EXPERIENCE PRICES:
KOTO PLAYING: ¥7.600 (1 hour)
SAKE TASTING: ¥7.600 (45 minutes)
OTHER WAK JAPAN EXPERIENCE PRICES:
KOTO PLAYING: ¥7.600 (1 hour)
SAKE TASTING: ¥7.600 (45 minutes)
4 comments:
omaygad,, kapan aku kesanaaaa...
dan selama ini aku pikir pake kimono itu nyaman krn terlihat longgar ;p..ga nyangka makenya serumit itu ;D
Pernah liat juga sih betapa ribetnya pake kimono, ga bisa dibayangin pas pake di musim dingin tatkala kainnya lebih tebel dari yukata ._.
Ribet juga ya mau minum teh mesti upacara dulu, gak bisa pake gula sama es pula..
Masukin wishlist ah..
Posting Komentar